Jejak Timur Tengah di Kampung Condet
Merdeka.com - Menelusuri jalan raya Condet seolah berada di Timur Tengah. Kampung betawi ini memang kental dengan rasa Arab di dalamnya. Toko-toko penjual busana muslim dan produk dari Tanah Suci seperti air zamzam menarik perhatian mata. Wangi shisha bercampur parfum menusuk hidung. Belum lagi aroma makanan dari rumah makan yang menyajikan masakan Timur Tengah seperti nasi kebuli dan nasi mandhi. Tak heran, banyak warga Ibu Kota mengenal Condet dengan perkampungan Arab.
Julukan ini disematkan seiring dicabutnya SK Gubernur Ali Sadikin yang sebelumnya menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Secara tidak disadari rasa dan nuansa Arab yang dibawa pendatang, masuk dalam kehidupan mereka sebagai orang betawi asli. Kondisi ini tidak aneh mengingat semakin banyak warga pendatang keturunan Arab bermukim di Condet.
Hasan Al Masyhur, salah satu warga keturunan Betawi dengan darah Timur Tengah di dalamnya.
"Kakek saya Habib Muhsin bin Muhammad Al Attas dari Yaman, keluarga ibu saya asli Betawi, asli Condet, ya disebutlah Betawi keturunan Arab," cerita Hasan saat berbicang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Kakeknya adalah salah satu ulama besar Condet. Hasan mengisahkan, awal abad ke-19, para imigran dari Yaman Selatan berdatangan ke Tanah Air. Mereka menggunakan kapal uap yang menggantikan kapal layar. Dengan begitu pelayaran lebih cepat dan aman menuju Indonesia.
"Tahun 1934 orang Arab hijrah ke sini, tujuannya buat dagang sambil syiar," kata Hasan.
Warga keturunan Arab yang datang dan bermukim di Condet berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Warga Arab kebanyakan datang seorang diri, kemudian menikahi wanita pribumi. Terlebih, mereka beragama Islam sehingga lebih cepat berbaur dengan penduduk setempat.
Meski budaya Arab kian melekat dengan kawasan Condet, masyarakat Condet enggan menyebut wilayahnya dengan sebutan Kampung Arab. Mereka lebih senang menjunjung tinggi nama Kampung Betawi.
"Bukan cuma dari Arab kok (yang tinggal di Condet), ada juga orang China. Dari dulu Condet itu ya Kampung Betawi," kata Iwan Setiawan, tokoh masyarakat Balekembang, sekaligus pendiri Yayasan Cagar Budaya Condet.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak potret rumah masa kecil Fikoh LIDa sebelum terbakar!
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaDari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Wilayah yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) dulunya dikenal sebagai kota yang kaya akan rempah-rempah.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaSeorang pria dan dua anaknya tega membunuh seorang wanita tua HA (62) di Kedaton, Ogan Komering Ulu. Pembunuhan ini dilatarbelakangi sengketa lahan.
Baca SelengkapnyaPenetapan cagar budaya Betawi di Condet sendiri sebelumnya dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Baca SelengkapnyaSebanyak 93.149 jiwa terdampak dan 22.725 jiwa di antaranya mengungsi.
Baca SelengkapnyaSalah satu desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih ini dikenal sebagai kawasan pertambangan sejak zaman kolonial hingga menjadi rebutan beberapa negara.
Baca Selengkapnya