Inspiratif, Pria Asal Sidoarjo Ini Tekuni Budidaya Cacing dengan Omzet Jutaan Rupiah
Merdeka.com - Bagi sebagian orang, cacing merupakan hewan yang menggelikan bahkan menjijikkan. Meski demikian, hewan melata ini memiliki sejumlah manfaat dalam kehidupan. Mulai dari umpat memancing, pengurai tanah dan sampah, bahan baku kosmetik, hingga makanan untuk pengobatan luka.
Menyadari manfaatnya yang banyak, Rudy Dwi Winarko, seorang warga Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur memanfaatkan cacing sebagai sumber mata pencahariannya. Setidaknya, sudah tujuh tahun belakangan ia menekuni bisnis budidaya cacing.
Berikut kisah inspiratif pria yang membudidayakan cacing ini:
Omzet Capai Jutaan Rupiah
Sebelumnya, Rudy bekerja sebagai buruh pabrik. Di tahun 2013 ia memutuskan hengkang dari pekerjaan di pabrik dan mulai menekuni budidaya cacing di rumahnya. Saat ini, dalam satu bulan, keuntungan yang bisa diraih dari beternak cacing bisa mencapai Rp5-6 juta, seperti dilansir Liputan.com, Jumat (18/9/2020).
©shutterstock.com/Robbi
Budidaya cacing bisa dikatakan tidak sulit. Cacing cukup ditempatkan di rak bersusun dan diberi media bekas tanaman jamur. Setiap dua hari sekali, cacing-cacing ini diberi pakan berupa sayuran bekas atau media bekas jamur. Sayuran bekas biasanya banyak didapatkan dari pasar.
Manfaat Cacing
Selain untuk pakan ikan, cacing juga dibutuhkan untuk industri kosmetik. Tidak hanya itu, cacing juga digunakan sebagai bahan obat penyembuh luka lantaran kandungan proteinnya yang tinggi.
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
"Perlu diketahui bahwa cacing mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi, yaitu antara 70 sampai 80 persen, itu lebih tinggi dari daging sapi maupun ikan, sehingga apabila kita manfaatkan, itu bisa menjadi suplemen maupun obat bagi tubuh kita, dan satu lagi manfaat dari cacing, penghasil pupuk yang sangat bagus buat pertumbuhan dan recovery dari kesuburan tanah," terang Rudy.
Jual Tiga Jenis Cacing
Saat ini, Rudy menjual tiga jenis cacing, yakni lumbricus rubellus yang harga per kilogram mencapai Rp90.000. Lalu jenis lumbricus foetida dijual dengan harga Rp80.000 per kilogram, dan lumbricus peretima yang dijual Rp60.000 per kilogram.
©2019 Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho
Selain menjual cacing hidup, Rudy juga menjual cacing hasil budayanya dalam bentuk pupuk. Yakni, cacing dioven dan dijadikan tepung cacing. Sampai berita ini ditulis, Rudy hanya mampu memenuhi pasar Surabaya, Sidoarjo dan Gresik lantaran keterbatasan tenaga dan luas lahan yang dimilikinya.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pilihannya jatuh ke usaha budi daya jamur. Wanita ini tercetus ide untuk memopulerkan jamur di Makassar.
Baca SelengkapnyaPenjual bakso tersebut berhasil membuka tiga cabang di berbagai wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaIa memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca SelengkapnyaSempat hidup di jalanan, kini pria ini mampu bangkit dari keterpurukan dan berhasil membangun usaha sablon.
Baca SelengkapnyaPria asal Sragen yang membagikan cerita inspiratifnya meraih kesukesan berjualan di pinggir jalan dengan penghasilan jutaan rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaSidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.
Baca SelengkapnyaPemuda 30 tahun ini sempat merasakan jatuh bangun saat membangun usaha ternak ayam kampung ini.
Baca SelengkapnyaJika kalian salah satu orang yang sulit fokus dalam bekerja. Ini dia tips ampuhnya.
Baca Selengkapnya