Stok Minyak Goreng Melimpah Setelah HET Dicabut, Begini Reaksi Warga Semarang
Merdeka.com - Semenjak aturan harga eceran tertinggi (HET) dihilangkan, stok minyak goreng yang sebelumnya langka tiba-tiba saja melimpah di pasaran. Namun minyak goreng itu dijual dengan harga mahal.
Hal ini sontak membuat warga Semarang kaget karena minyak goreng kemasan mulai membanjiri beberapa supermarket dan pasar tradisional di kota itu. Namun pada akhirnya mereka kecewa melihat harganya yang naik.
Lantas seperti apa tanggapan warga Semarang menghadapi kenyataan yang semakin tak masuk di akal ini? berikut selengkapnya:
Warga Merasa Keberatan
©Liputan6.com/Herman Zakharia
Ismiati, salah seorang warga Semarang, mengatakan bahwa ia telah melakukan survei ke beberapa pasar. Hasilnya semua pasar memiliki stok minyak goreng melimpah namun menjualnya dengan harga tinggi.
Sebagai ibu rumah tangga, dia mengaku keberatan dengan lonjakan harga itu. Ismiati mengatakan beberapa hari sebelumnya ia sempat kesulitan mencari minyak goreng. Ia pun kaget melihat stok minyak goreng jadi banyak dalam waktu sehari.
“Saya kaget ada banyak tapi kok harganya naik? Untuk Pak Jokowi mudah-mudahan harga minyak ini diturunkan lagi. Kasihan warga-warga yang belum mampu membeli minyak goreng. Kalau harganya masih melambung tinggi belinya besok-besok saja,” kata Ismiati dikutip dari YouTube BETA TV pada Jumat (18/3).
Tanggapan Karyawan Toko
©Shutterstock/saddako
Dwi, karyawan salah satu toko kebutuhan umum di Semarang mengatakan, dia tidak tahu menahu soal kapan stok minyak goreng di tempatnya mengalami lonjakan. Dia menambahkan, respon masyarakat beragam mulai dari mengeluh dan ada juga yang memaklumi.
“Jadi kendalanya, mereka sudah capek-capek datang ke sini, tapi baru tahu kalau harganya naik, akhirnya mereka nggak jadi beli,” kata Dwi.
Dwi mengaku untuk saat ini harga minyak goreng masih butuh penyesuaian. Namun ia berharap harga salah satu kebutuhan pokok itu tidak mengalami kenaikan lagi.
Blunder Fatal
©YouTube/Sekretariat Presiden
Ketua Kelompok Fraksi Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid mengatakan pencabutan HET oleh Menteri Perdagangan M. Lutfi, yang berlaku dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022 merupakan sebuah blunder yang fatal.
Ia mengatakan, pencabutan ini menunjukkan bahwa keberpihakan menteri bukan pada rakyat, namun pada para pengusaha. Menurutnya, seharusnya pemerintah bisa mengambil langkah tegas pada produsen minyak sawit mentah maupun perusahaan minyak goreng.
“Kalau CPO-nya tidak jalan, pemerintah harus berani cabut HGU perusahaan kelapa sawit itu. Perusahaan minyak goreng juga bisa dicabut izinnya kalau tidak memproduksi minyak goreng yang sesuai kebutuhan rakyat,” kata Abdul Wachid dikutip dari ANTARA pada Jumat (18/3).
(mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga tinggi telur dan daging itu ditemukan Satgas Pangan Polri mengecek ketersediaan stok pangan di sejumlah pasar tradisional.
Baca Selengkapnya"Pertama harga minyak makan merah ini lebih murah dari minyak goreng di pasaran," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaMeskipun harga beras saat ini mahal dan langka, Pemerintah tidak akan mengubah Harga Eceran Tertinggi (HET).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaWarga Rangkasbitung mengaku memilih mengonsumsi singkong sebagai makanan alternatif saat harga beras meroket.
Baca SelengkapnyaPemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras premium sebesar Rp1.000 per kg.
Baca SelengkapnyaTriyono khawatir kenaikan harga minuman manis dalam kemasan nantinya akan membebani daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDari aneka pakaian sampai makanan tradisional bisa dijumpai di Pasar Baru Trade Center. Harganya bisa ditawar dan tak bikin kantong bolong.
Baca SelengkapnyaMeski harga mengalami kenaikan, Pj Wali Kota memastikan pasokan beras dan sembako masih aman.
Baca Selengkapnya