Turki Larang Pawai Perayaan Hari Perempuan Internasional
Merdeka.com - Pihak berwenang Turki melarang pawai perayaan Hari Perempuan Internasional 2020 di Istanbul pada Minggu, seperti dilaporkan media lokal. Ini adalah tahun kedua pemerintah Istanbul menolak memberikan izin kepada penyelenggara untuk pawai tahunan itu di wilayah pusat kota Taksim.
Polisi memasang pembatas di sekitar Alun-Alun Taksim, titik bersejarah demonstrasi di Istanbul, kota terbesar di Turki. Alun-alun itu merupakan pusat gerakan unjuk rasa Gezi pada 2013.
Pihak keamanan juga memasang pembatas di jalan-jalan menuju ke alun-alun, termasuk di Jalan Raya Istiklal yang biasanya menjadi rute untuk pawai Hari Perempuan Internasional, T24 melaporkan, dikutip dari Alaraby, Senin (9/3).
Langkah-langkah keamanan yang lebih ketat dari sebelumnya berupaya membatasi pergerakan karena para demonstran diperkirakan akan berkumpul di daerah itu meskipun ada larangan.
Tahun lalu, pemerintah Istanbul menolak menerbitkan izin untuk penyelenggara pawai Hari Perempuan Internasional tapi pawai tetap berlangsung. Ribuan pengunjuk rasa kemudian berusaha dibubarkan polisi anti huru hara dengan tembakan gas airmata.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya demo berlangsung damai. Pemerintah lokal juga melarang pawai tahunan LGBTQ+ sejak 2016.
Pawai peringatan Hari Internasional yang didukung PBB untuk Menghilangkan Kekerasan terhadap Perempuan tahun lalu di Istanbul juga dibubarkan polisi anti huru hara menggunakan gas air mata.
Beberapa pembunuhan mengerikan terhadap perempuan oleh pasangan mereka atau mantan pasangannya menjadi sorotan atas kasus kekerasan dalam rumah tangga di Turki tahun lalu.
Sedikitnya 474 perempuan Turki dibunuh oleh pria pada 2019, menurut platform We Will Stop Femicide. Sementara 49 perempuan lainnya dibunuh pada Januari dan Februari tahun ini.
Data melonjak secara dramatis dalam satu dekade terakhir. Pada 2011, 121 perempuan dibunuh. Pada 2017, data meningkat menjadi 409, sementara 440 perempuan dibunuh pada 2018.
Pembunuhan Emine Bulut (38) pada Agustus tahun lalu menuai kecaman di seluruh negeri. Bulut, yang menceraikan suaminya empat tahun sebelumnya, ditikam di sebuah kafe di depan putrinya yang berusia 10 tahun di pusat kota Anatolia, Kirikkale. Dia kemudian meninggal di rumah sakit.
Setelah kejadian itu, sebuah video diunggah di media sosial yang menunjukkan Bulut tengah berada di dalam sebuah kafe, bersimbah darah, dan menjerit ke anaknya: "Saya tak mau mati."
Putrinya sambil menangis mengatakan: "Ma, tolong jangan mati."
Perempuan Turki kemudian berpartisipasi dalam unjuk rasa untuk menyerukan perlindungan terhadap insiden seperti itu setelah kematian Bulut, tetapi beberapa perempuan terbunuh dalam beberapa bulan sejak saat itu, memprovokasi kemarahan lebih lanjut dan seruan reformasi hukum.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 65 kasus di antaranya tengah ditangani kepolisian.
Baca SelengkapnyaPolisi menggelar patroli siber untuk mengatasi serangan berita-berita hoaks dan fitnah selama Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPelaku ditangkap di kawasan Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pihaknya tidak bisa bergerak sendiri tanpa adanya peran serta masyarakat.
Baca SelengkapnyaSekelompok anggota polisi tampak sangat bahagia dan mengumbar senyum lebar mereka saat membuka hadiah istri baru dari atasan untuk menunjang tugas di lapangan.
Baca SelengkapnyaTragis pelaku beraksi saat anaknya tengah tertidur pulas
Baca SelengkapnyaSeorang anggota Polisi yang baru saja dilantik menjadi perwira harus merasakan sedih karena sang istri meninggal dunia beberapa minggu sebelum ia dilantik.
Baca SelengkapnyaPolisi menggelar patroli dengan menyasar sejumlah tempat
Baca SelengkapnyaKepolisian Resor Garut menangkap enam pelaku pencurian dan penculikan terhadap salah seorang warga
Baca Selengkapnya