Edward Snowden: Amerika retas komputer di Hong Kong dan China
Merdeka.com - Pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden kemarin muncul dari persembunyiannya dan melakukan wawancara dengan surat kabar South China Morning Post.
Dalam wawancara eksklusif di lokasi rahasia di Hong Kong, Snowden mengatakan sejak 2009 pemerintah Amerika meretas informasi dari komputer-komputer di Hong Kong dan China, seperti dilansir South China Morning Post, Kamis (13/6). Tapi, kata dia, dari informasi yang diretas itu tak ada informasi soal sistem militer China.
Pekan lalu Snowden mengungkapkan pemerintah Amerika telah mengumpulkan rekaman telepon dan data Internet warga Amerika secara diam-diam.
Snowden bilang dia akan tetap berada di Hong Kong sampai dia diminta pergi. Dia sudah berada di negeri itu sejak 20 Mei lalu setelah pergi dari rumahnya di Hawaii.
"Saya bisa saja pergi dari Hong Kong tapi saya akan tetap tinggal dan melawan pemerintah Amerika di pengadilan karena saya percaya dengan hukum di Hong Kong."
Dalam wawancara kurang lebih satu jam itu, pemuda 29 tahun itu mengatakan dia bukanlah seorang pahlawan atau pengkhianat.
"Saya bukan pengkhianat atau pahlawan. Saya warga Amerika."
Snowden meyakini NSA telah melakukan lebih dari 61 ribu operasi peretasan di seluruh dunia. Ratusan operasi berlangsung di Hong kong dan China.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
Baca SelengkapnyaBerikut adalah laporan dari We Are Social yang memotret kondisi internet di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaIni yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Budi menjelaskan, hal ini terjadi sebelum nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) berubah menjadi BAKTI.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan sistem pertahanan Indonesia harus bisa mengantisipasi pertarungan global antara Amerika Serikat dengan China.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang dianggap kuat terhadap serangan siber.
Baca SelengkapnyaInilah yang membuat China berhasil di atas negara-negara yang sudah maju dalam 20 tahun terakhir.
Baca Selengkapnya