Dibantu Intelijen Israel, Pasukan Otoritas Palestina Diam-Diam Masuk ke Gaza, Ini Tujuannya
Dibantu Intelijen Israel, Pasukan Otoritas Palestina Diam-Diam Masuk ke Gaza, Ini Tujuannya
Para pejabat keamanan Gaza mengklaim Otoritas Palestina (PA) yang berkuasa di Tepi Barat mengirimkan agen rahasia ke Gaza
Dibantu Intelijen Israel, Pasukan Otoritas Palestina Diam-Diam Masuk ke Gaza, Ini Tujuannya
Para pejabat keamanan Gaza mengklaim Otoritas Palestina (PA) yang berkuasa di Tepi Barat mengirimkan agen rahasia ke Gaza dengan tujuan untuk "menimbulkan kekacauan". Mereka mengklaim PA ini bekerja sama dengan Shin Bet, badan mata-mata Israel.
Menurut seorang pejabat senior yang berbicara dengan media Arab, misi rahasia tersebut terjadi pada malam 30 Maret.
Dia melihat beberapa pasukan PA menyelinap masuk ke Gaza melalui perlintasan perbatasan Rafah-Mesir dengan mengawal truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan dari Bulan Sabit Merah Mesir.
"Pasukan keamanan mencurigakan yang masuk kemarin dengan truk Bulan Sabit Mesir mengkoordinasikan operasinya sepenuhnya dengan pasukan penjajah (Israel)," kata seorang pejabat kementerian dalam negeri Gaza kepada Al-Aqsa TV, Ahad (31/3).
Menurut laporan, kesepakatan yang dibuat antara Tel Aviv dan Ramallah "dalam pertemuan mereka di salah satu ibu kota Arab pekan lalu" bertujuan untuk "menciptakan kebingungan dan kekacauan di antara kelompok perlawanan di Gaza."
Pasukan keamanan Gaza berhasil menahan sepuluh orang dan memburu lebih banyak lagi yang berhasil melarikan diri. Selain itu, para pejabat menyatakan Kairo memberi tahu otoritas penyeberangan perbatasan bahwa mereka "tidak mengetahui" keberadaan pasukan rahasia tersebut.
Pasukan PA dilaporkan berafiliasi dengan Dinas Intelijen Umum di Ramallah dan dikerahkan dalam sebuah "misi resmi di bawah perintah langsung" dari Kepala Dinas Intelijen Umum Palestina, Mayor Jenderal Majid Faraj.
Bulan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengusulkan namanya sebagai kandidat untuk "mengelola sementara" Jalur Gaza setelah genosida terhadap warga Palestina berakhir. Nama Faraj menjadi berita utama.
"Faraj yang berusia 61 tahun adalah rekan dekat Presiden [PA] Mahmoud Abbas dan memiliki hubungan kerja yang erat dengan lembaga pertahanan Israel.
Dia bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan antara badan keamanan Shin Bet Israel, CIA Amerika Serikat, dan organisasi intelijen internasional lainnya," demikian laporan dari i24NEWS Israel, seperti dikutip the Cradle, Senin (1/4).
Sementara itu, PA membantah semua tuduhan tersebut kepada kantor berita Palestina, WAFA, dan menyebutnya "tidak berdasar."
"Kami akan terus menyediakan semua yang diperlukan untuk memberikan bantuan kepada rakyat kami, dan kami tidak akan terlibat dalam kampanye media yang hiruk-pikuk yang menutupi penderitaan rakyat kami di Jalur Gaza serta pembunuhan, pengungsian, dan kelaparan yang mereka alami," kata seorang pejabat PA yang tak mau disebutkan namanya kepada WAFA.
Tidak lama sebelum operasi hari Sabtu (30/3) terjadi, pemerintah Palestina yang baru dibentuk secara resmi. Ini merupakan bagian dari rencana AS untuk mendapatkan "PA yang direformasi" untuk mengontrol wilayah Palestina yang diduduki.
Jauh sebelum peristiwa 7 Oktober dan perang genosida di Gaza, penerimaan masyarakat terhadap PA menurun. Ini terjadi karena warga Palestina semakin tidak puas dengan sejarah panjang skandal korupsi PA, penindasan brutal terhadap pengkritik, dan kolaborasi keamanan yang ketat dengan Israel.