Arkeolog Temukan Virus Manusia Tertua Pada Fosil Nenek Moyang Berusia 50.000 Tahun, Muncul Juga Pada Manusia Modern
Kepunahan spesies di Bumi puluhan ribu tahun lalu diduga disebabkan virus, virus yang masih ada di zaman modern ini.
Kepunahan spesies di Bumi puluhan ribu tahun lalu diduga disebabkan virus, virus yang masih ada di zaman modern ini.
-
Siapa yang menemukan Fosil Manusia Purba? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
-
Gen apa yang virus purba berikan kepada nenek moyang manusia? Penemuan ini menunjukkan virus mungkin memainkan peran lebih besar dalam evolusi kita daripada yang kita sadari, menyumbangkan gen yang mungkin memberi sel-sel seperti nenek moyang simbiosis eukariota Amoebidium keunggulan dalam kelangsungan hidup.
-
Siapa yang menemukan penemuan manusia purba ini? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
-
Di mana para ilmuwan menemukan virus purba? Pada 2015 tim peneliti internasional menjelajah ke Gletser Guliya yang terpencil di Dataran Tinggi Tibet di Himalaya untuk mengumpulkan inti es sepanjang ratusan meter.
-
Dimana fosil nenek moyang manusia ditemukan? Dua fosil Laos--berupa tulang kaki dan bagian dari tulang tengkorak kepada--ditemukan di Gua Tam Pa Ling. Situs arkeologi itu ditemukan pada 2009 ketika bagian lain dari tengkorak kepala itu ditemukan.
Arkeolog Temukan Virus Manusia Tertua Pada Fosil Nenek Moyang Berusia 50.000 Tahun, Muncul Juga Pada Manusia Modern
Kepunahan spesies di Bumi puluhan ribu tahun lalu diduga disebabkan virus, virus yang sama yang masih ada di zaman modern ini. Analisis genetik terhadap penemuan berusia 50.000 tahun ini telah mengungkap sisa-sisa tiga virus yang terkait dengan patogen manusia modern, dan para peneliti juga meyakini virus ini dapat diciptakan kembali.
Neanderthal adalah sebutan untuk spesies manusia purba yang telah punah. Mereka hidup sekitar 400.000 hingga 40.000 tahun yang lalu di Eropa dan Asia Barat.
Mereka hidup sekitar 400.000 hingga 40.000 tahun yang lalu di Eropa dan Asia Barat.
Mereka dikenal memiliki otak yang besar dan tubuh yang kuat.
Mereka kemampuan untuk membuat perkakas sederhana dan berburu hewan.
Dilansir IFL Science, virus ini ditemukan dalam sekumpulan tulang Neanderthal, yang sudah ada sejak 50.000 tahun lalu. Penelitian ini dilakukan ilmuwan Universitas Federal São Paulo yang ingin mencari tahu apakah virus ini berperan dalam kepunahan Neanderthal, dengan melakukan penyisiran data pengurutan DNA mentah dari temuan dua kerangka manusia Neanderthal yang ditemukan di gua Chagyrskaya, Rusia.
Dalam sekuens mentah tersebut, mereka mencari sisa-sisa genom atau keseluruhan informasi genetik suatu organisme dari tiga jenis virus DNA: adenovirus, herpesvirus, dan papillomavirus.
Dari analisis tersebut, para peneliti berhasil menemukan virus tertua yang pernah ditemukan.
Ini menggeser penemuan virus tertua sebelumnya yang berusia 31.600 tahun yang ditemukan pada fosil Homo Sapiens.
Menurut para penulis yang membuat tulisan pracetak yang belum ditinjau oleh para ahli mengenai penelitian ini, menunjukan bahwa tidak hanya memungkinkan untuk mengidentifikasi potongan-potongan genom virus dalam sampel arkeologi, tetapi juga bahwa Neanderthal mungkin saja terjangkit virus yang sama dengan virus yang menyerang manusia saat ini.
Misalnya, Adenovirus yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit mulai dari nyeri pantat akibat flu, hingga serangan gastroenteritis akut yang parah. Dan yang paling umum adalah virus Epstein-Barr yang dapat memicu mononukleosis atau sakit kelenjar dan virus herpes atau multiple sclerosis. Virus lainnya adalah Virus papiloma yang berhubungan dengan kanker serviks.
Marcelo Briones, dari Universitas Federal São Paulo, Brasil, mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk mensintesis virus-virus kuno ini dan menginfeksi sel-sel manusia modern di laboratorium.
Menurut para peneliti, manusia purba Neanderthal memiliki kemungkinan rentan terhadap ketiga virus ini dan dampaknya bagi kesehatan mereka. Namun ada satu kemungkinan lain yang dipertimbangkan oleh para ahli paleogenetik terkait kepunahan Neanderthal, yaitu kontaminasi yang disebabkan oleh kebiasaan perilaku yang tidak higienis seperti seseorang yang tidak menutup mulutnya saat batuk maupun kontaminasi dari hewan yang hinggap di makanan.
Para peneliti membandingkan rangkaian virus kuno dengan virus modern untuk memeriksa persamaan dan perbedaan yang dapat memberikan alternatif untuk menghindari penyebaran virus serupa di masa kini.
“Secara keseluruhan, data kami menunjukan bahwa virus-virus ini mungkin mewakili virus yang benar-benar menginfeksi Neanderthal," kata penulis studi Marcelo Briones, seperti dilansir dari New Scientist.
Namun, penemuan ini tidak mengartikan bahwa virus ini menjadi satu-satunya penyebab kepunahan Neanderthal, namun hal ini menambah bobot pada teori beberapa ilmuwan terkait penyebab kepunahan akibat virus yang memainkan peran.
“Untuk mendukung hipotesis para peneliti yang provokatif dan menarik, perlu dibuktikan bahwa setidaknya genom virus ini dapat ditemukan pada sisa-sisa Neanderthal, dan itulah yang kami lakukan,” kata Bronies.