Arab Saudi siap bangun senjata nuklir untuk imbangi Iran
Merdeka.com - Kerajaan Arab Saudi mengaku waspada setelah sanksi ekonomi terhadap Republik Islam Iran dicabut oleh negara-negara Barat pekan ini. Riyadh tak sepenuhnya percaya program pengembangan senjata nuklir bakal dihapuskan oleh rezim pemerintahan Syiah itu.
Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, menyatakan pemeriksaan ketat oleh komunitas internasional harus dijalankan sungguh-sungguh agar Iran tak lagi mengejar ambisi membuat bom nuklir. Saudi secara sepihak juga akan terus memantau kebijakan Presiden Iran, Hassan Rouhani, setelah negaranya bebas mengekspor minyak kembali.
"Baik tidaknya kebijakan ini akan tergantung ke mana pendapatan itu disalurkan. Jika untuk mendukung aktivitas jahat rezim Iran, maka (pencabutan sanksi) akan menjadi negatif," kata Jubeir saat diwawancarai kantor berita Reuters, Rabu (20/1).
Seandainya skenario terburuk muncul, yakni Iran nekat meneruskan pembangunan senjata berhulu ledak nuklir, maka Saudi tak akan tinggal diam. Jubeir secara tersirat membenarkan negaranya akan buru-buru menguasai teknologi bom nuklir untuk mengimbangi rivalnya di kawasan itu.
"Kami siap melakukan apapun untuk melindungi rakyat Saudi," ujarnya. Ketika ditanya lebih lanjut, bagaimana cara Saudi mengimbangi Iran saat ini di bidang teknologi nuklir, sang menlu Negeri Petro Dollar itu menolak merinci lebih lanjut.
"Saya pikir sangat logis untuk tidak mengungkap kebijakan pertahanan negara dalam forum terbuka seperti ini," tukasnya.
Saudi dan Iran sementara ini tak lagi memiliki hubungan diplomatik akibat insiden eksekusi mati seorang ulama Syiah karismatik bernama Syekh Nimr al-Nimr. Kedua negara berpengaruh di Timur Tengah itu juga terlibat pertempuran tak langsung di beberapa front. Dua front yang berlarut-larut adalah Suriah dan Yaman.
Di Suriah, rezim Teheran mendukung Presiden Basyar al-Assad, sedangkan Saudi mendanai kelompok pemberontak. Sebaliknya, di Yaman Iran mengongkosi kegiatan pemberontak Houthi, sementara Saudi menggandeng Liga Arab membela Presiden Abdurabuh Mansyur Hadi yang digulingkan.
Indonesia menawarkan diri menjadi penengah bagi Saudi dan Iran agar kembali berdamai. Sebab jika dibiarkan, stabilitas Timur Tengah dapat terganggu oleh kekerasan sektarian.
Jubeir mengakui perdamaian kedua negara penting. Namun dia menolak disalahkan jika Riyahd mengambil sikap bermusuhan dengan Iran. Apalagi para Mullah di Teheran terus saja mendanai militan Syiah seperti Hizbullah dan Houthi.
"Kebijakan sektarian Iran itulah yang memicu reaksi dari dunia Sunni," tuding Jubeir.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah Negara Muslim Tetapkan Idulfitri Jatuh 10 April, Saudi akan Rayakan dengan Kembang Api dan Konser Musik
Baca SelengkapnyaCara petani di Arab Saudi mengolah padang pasir jadi lahan pertanian.
Baca SelengkapnyaYordania menyatakan keadaan darurat, menurut TV berita Al-Mamlaka milik negara. Negara itu juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di bawah permukaan pasir, ada banyak air menggenang hingga emas dan berlian.
Baca SelengkapnyaAS dan Negara Arab Punya Kejutan Soal Konflik Palestina-Israel, Diumumkan Sebelum Ramadan
Baca SelengkapnyaJenderal pensiunan Kopassus baru-baru ini bertemu dengan Menteri Pertahanan Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaNatsir istimewa karena jujur. Menolak hadiah mobil dari pengusaha dan Raja Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus memonitor perkembangan konflik Iran-Israel dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan skenario kebijakan.
Baca Selengkapnya