Satelit Ini Pede Kalahkan Starlink, Segini Hasil Speed Test Kecepatan Internetnya
Kecepatan internet Starlink dianggap belum mampu mengalahkan "ngebut"nya internet satelit ini.
starlinkSatelit Ini Pede Kalahkan Starlink, Segini Hasil Speed Test Kecepatan Internetnya
Kecepatan internet Starlink dianggap belum mampu mengalahkan "ngebut"nya internet satelit ini.
Akses internet dengan memakai satelit kini sudah menjadi hal yang cukup lazim untuk dilakukan sebagai alternatif pengadaan internet melalui infrastruktur di Bumi.
Oleh karena itu, muncul banyak pihak dan perusahaan yang terjun dalam bisnis internet satelit ini, seperti perusahaan Astranis.
Dalam langkah yang menggoyangkan keperkasaan Starlink, milik perusahaan Elon Musk, dalam industri internet satelit.
Astranis mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan satelit barunya, yaitu Omega, yang dapat menghadirkan internet bagi Bumi hingga 50 gigabit per detik (Gbps).
Kabar ini seperti dikutip dari PCMag, ExtremeTech, dan situs Astranis, Rabu (17/4).
- Menkominfo: Starlink Gak akan Kompetitif Bersaing di Wilayah Perkotaan, Pasarnya Beda
- Cara Berlangganan dan Harga Internet Starlink
- Kominfo Beri Tiga Syarat yang Harus Dipenuhi Starlink Secepatnya
- Soal Starlink, APJII Minta Pemerintah Hargai Kerja Keras Perusahaan Internet Lokal
- Babak Baru Kasus Pembunuhan di Subang, Aksi Sadis Yosep Habisi Istri dan Anak Terbongkar Dalam Persidangan
- Perjuangan Bocah 11 Tahun di Palembang Hidupi 3 Adik Usia Balita Nyambi Jualan Keripik di Sekolah
Menariknya, satelit Omega mereka akan beroperasi pada orbit geostasioner (GEO). Omega akan berada di ketinggian sekitar 35.000 km dari Bumi.
Dengan demikian, ia akan berada di ketinggian yang sekitar 60x lebih tinggi daripada satelit-satelit Starlink yang berada di orbit rendah Bumi (LEO).
Satelit LEO memiliki keunggulan dalam hal latensi internet, biaya peluncuran yang lebih rendah, dan kemudahan peluncurannya karena berada di posisi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan satelit GEO.
Sementara itu, satelit GEO berada di daerah yang sama dengan wilayah rotasi Bumi sehingga ia tidak memerlukan stasiun bumi untuk melacaknya. Satelit GEO juga memiliki garis pandang yang berkelanjutan ke permukaan.
Saat ini, Astranis mempunyai satelit yang telah berada di GEO. Satelit generasi pertama ini menawarkan internet hingga 10 Gbps.
Dengan satelit tersebut, Astranis belum menjual internet mereka kepada para pelanggan akhir secara langsung, melainkan menjualnya kepada entitas bisnis dan pemerintah.
Kemudian, kedua pihak tersebut bisa menentukan seberapa cepat internet yang akan ditawarkan dan diberikan kepada pengguna akhir.
Sebagai contoh, kecepatan unduh yang dapat diperoleh oleh seorang pengguna akhir di wilayah Alaska, Amerika Serikat adalah 25 megabit per detik (Mbps). Angka tersebut masih belum bisa menandingi pesaingnya, Starlink, yang bisa mendapat kecepatan sekitar 200 Mbps.
Ketertinggalan tersebut akan coba dikejar dengan peluncuran Omega yang akan meningkatkan kualitas koneksi internet hingga lima kali lipat menjadi 50Gbps.
Untuk mencapai angka tersebut, Astranis telah membekali Omega dengan kehadiran radio baru yang ditentukan oleh software dan juga semikonduktor buatan mereka sendiri.
Sementara itu, pada tahun 2024, Astranis akan meluncurkan empat satelit generasi pertama yang telah ditingkatkan kualitasnya. Pada tahun 2025, perusaahan tersebut akan meluncurkan lima satelit ke GEO.
Perkembangan itu, menurut John Gedmark, CEO Astranis, salah satunya disebabkan oleh karena lebih dari separuh komponen dari satelit dibuat oleh perusahaan mereka sendiri, bukan dari perusahaan luar.
“Dengan Omega, pelanggan kami secara sederhana akan mendapat lebih banyak lewatan dalam harga yang lebih rendah,” ungkap Gedmark ketika mengungkapkan keunggulan Omega dalam situs Astranis.