Potret Kaum Buruh di Tuban Sambut Presiden Soekarno 72 Tahun Silam, Aspirasinya Progresif Banget
Mereka menuntut seluruh perusahaan asing dinasionalisasikan
Mereka menuntut seluruh perusahaan asing dinasionalisasikan
Hari Buruh selalu dirayakan pada tanggal 1 Mei. Momen ini juga terkenal dengan sebutan May Day. Setiap tahun, ratusan hingga ribuan kaum buruh dari berbagai latar belakang menyampaikan aspirasinya di berbagai kawasan pemerintahan di Jakarta.
Perkembangan kapitalisme industri pada awal abad 19 menandakan perubahan drastis, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Aturan semakin ketat, jam kerja diintensifkan, upah minim, dan kondisi kerja di tingkatan pabrik memburuk. Akibatnya, lahirlah perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut jam kerja dikurangi jadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat. Semangat itu lalu menyebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Mengutip Instagram @tuban_bercerita, hari buruh merupakan sebuah hari libur tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.
Hari Buruh lahir dari rentetan perjuangan kelas pekerja demi meraih kendali ekonomi dan politis hak-hak industrial.
Pada tahun 1952 silam, kaum buruh di Tuban menyampaikan aspirasinya ketika menyambut Presiden Sukarno. Saat itu, sang presiden tengah melakukan lawatan ke Tuban.
Salah satu tuntutan kaum buruh di Tuban yang tertera dalam spanduk terbilang cukup progresif untuk saat itu.
“Kaum buruh menuntut semua perusahaan asing dinasionalisasikan”.
Pada tahun 1950-an, gerakan-gerakan politik progresif di Indonesia disokong oleh Partai Politik dan Kaum Buruh.
Kedua elemen ini menjadi akar rumput untuk menuntut mengambilalih perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia.
Kaum Buruh dan Partai Politik melakukan aksi masif hampir di seluruh Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Mengutip artikel berjudul Nasionalisasi Perusahaan Asing di Jawa Timur 1950-1966 karya Ririn Darini dan Miftahuddin (UNS, 2018), sejak tahun 1957 hingga tahun 1960 tercatat sekitar 700 perusahaan Belanda di
Indonesia berhasil dinasionalisasi.
Jumlah ini meliputi 70% perusahaan asing, kepemilikan
90% produksi perkebunan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Demikian juga dengan 60%
nilai perdagangan luar negeri dan sekitar 246 pabrik, perusahaan pertambangan, bank-bank,
perkapalan, dan sektor jasa.
Potret lawas Presiden SBY saat hadir di Hari Pramuka beberapa tahun lalu sempat mencuri perhatian, terlebih ada sosok Presiden Jokowi yang menerima penghargaan.
Baca SelengkapnyaSesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaSosok Eno Sigit yang merupakan cucu Presiden Soeharto sempat mencuri perhatian di dunia hiburan.
Baca SelengkapnyaTak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.
Baca SelengkapnyaJarang tersorot, berikut adalah potret kebersamaan enam anak Presiden Soeharto.
Baca SelengkapnyaSuci Winata adalah seorang multi-talenta yang telah mencoba berbagai bidang dalam industri hiburan.
Baca SelengkapnyaApakah Titiek Soeharto bakal jadi ibu negara mendampingi Prabowo Subianto bila resmi terpilih sebagai Presiden RI?
Baca SelengkapnyaPresiden ke-2 RI resmikan 275 pabrik di 21 provinsi secara serentak.
Baca SelengkapnyaInul Daratista bersama suami tercinta, Adam Suseno begitu bahagia lantaran mendapat kesempatan memasak bersama mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri
Baca Selengkapnya