Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah Batu Cantik Garut, Dari Longsoran yang Dikenalkan Brimob

Sejarah Batu Cantik Garut, Dari Longsoran yang Dikenalkan Brimob mencari batu garut. ©2019 Merdeka.com/mochammad iqbal

Merdeka.com - Batu Garut, beberapa waktu lalu sempat naik daun karena keindahan dan kualitasnya yang baik. Hingga saat ini sendiri, pesonanya tidak memudar bagi kolektor. Tapi mungkin kita tidak menduga kalau awal mulanya batu Garut ini digunakan sebagai pemantik api, saat itu batu tersebut disebut gandawesi.

Berdasarkan penuturan salah serang saksi sejarah, Abduk Kodir (60), awal mulanya di sebuah lahan milih Ohen di Kampung Cipeundeuy, Desa Caringin, Kecamatan Cisewu, di tahun 1953 terjadi longsor. Akibat longsor tersebut, keluar batu-batu hijau cemerlang berserakan di tanah milik Ohen. Saat itu, oleh masyarakat malah menggunakannya untuk menyalakan api.

"Saat itu kan zaman DI TII. Di wilayah kami banyak anggota satuan khusus dari Mobrig (Mobil Brigade) yang tengah melakukan operasi. Melihat batu yang digunakan warga untuk membuat api, mereka terpesona dengan indahnya batu tersebut. Setelah membantu membersihkan longsor mereka lalu meminta kepada warga batu-batu tersebut," katanya.

Lalu, lanjut Kodir, karena anggota-anggota Mobrig atau kini disebut Brimob ini datang dari berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Ciamis, Sukabumi dan Cianjur, maka mereka membawanya pulang ke daerahnya masing-masing setelah selesai melaksanakan operasi. Di tempatnya masing-masing ini, mereka lalu menceritakan ke orang-orang bahwa mereka mendapatkan batu tersebut di lahan milik Ohen.

"Namun kini karena daerahnya mengalami pemekaran, maka tempat Ohen tersebut berada di Kampung Cipendeuy, Desa Sukarame, Kecamatan Caringin," ujarnya.

Cerita keindahan batu Ohen kemudian menyebar dari mulut ke mulut selama bertahun-tahun lamanya dan menyebar ke sejumlah daerah. Dengan cerita itu juga, kemudian warga Sukabumi yang diketahui bernama H Endang datang ke Ohen karena tertarik untuk mencari batu tersebut.

Saat itu, ia pun mengaku tahu akan batu tersebut dari temannya yang merupakan anggota Mobrig tersebut, salah satunya adalah H Endang. Kodir menyebut bahwa H Endang berangkat dari rumahnya menggunakan mobil sampai Kecamatan Bungbulang, tidak sampai wilayah Cisewu. Kondisi ini dikarenakan jalannya yang sangat rusak, hingga kemudian ia diantar warga Bungbulang bernama H Adang menggunakan kuda.

"Kejadian ini terjadi pada taun 1978. Haji Endang lalu membeli batu-batuan yang berserakan ini kepada Pak Ohen pemilik lahan, namun pada saat itu Pak Ohen tak menjelaskan berapa banyak uang yang didapatnya. Namun batunya terjual hingga setengah kuintal," ungkapnya.

Kedatangan H Endang ke rumah Ohen untuk membeli batu, disebut Kodir membuat Ohen senang bukan main karena seolah-olah dia mendapatkan rezeki nomplok. "Dan atas izin Pak Ohen, mulailah kami melakukan penggalian di tanah milik Pak Ohen itu. Yang pertama gali batu di kawasan ini adalah saya, Pak Irin, Pak Sadid, Pak Andim dan Pak Mamar," sebutnya.

Semenjak itu, lanjut Kodir, mulai banyak orang yang berdatangan mencari batu, bahkan pada tahun 1988 maka semakin banyak orang yang datang tetapi membelinya dengan harga murah yaitu Rp 2.500 per kilogramnya, "Bahkan ada juga yang hanya mengambil sampel saja tanpa membelinya," ujarnya.

Semakin hari, batu Garut Ohen semakin banyak yang mencari. Karena banyaknya yang mencari, harga penjualannya pun semakin meningkat dibandin sebelumnya. Menurut Kodir, harga batu Garut sempat naik hingga 100 persen. Hal itu dikarenakan ada orang dari Cianjur yang mengaku bernama Pak Iwan, membelinya dengan harga Rp 5.000 per kilogramnya, dan membeli sebanyak 250 Kg.

"Karena kabar adanya batu Garut ini semakin menggila. Harganya pun semakin naik bahkan sempat salah seorang yang bernama Pak Yayat membeli batu ini seharga Rp 50 ribu per kilogramnya," ungkapnya.

Saat itu batu yang memiliki nama ilmiah Chrysopase ini, dalam 20 kilogram batu dihargai hingga Rp 1 juta 50 ribu. Ada juga pembeli lain membeli batu tergantung kualitasnya. "Untuk yang penuh kapur hanya dihargai Rp 30 ribu saja per kilogramnya," sebutnya.

Di tahun 1989, jelas Kodir, ahli batu Indonesia bernama Sudjatmiko tertarik datang ke lokasi tersebut dan membeli beberapa sampel. Saat itu sendiri Sudjatmiko menerangkan dan memberikan pelatihan bagi warga sekitar betapa berharganya batu setengah mulia tersebut.

"Tahun 1990 batu ini terus dicari, bahkan kepopulerannya mencakup seluruh Indonesia. Nah barulah di ini batu Chrysopase berwarna hijau ini dinamai batu hejo Ohen, karena berasal dari ladang milik Pak Ohen," ungkapnya.

Setelah itu, ungkap Kodir, kepopuleran batu mulai menurun dikarenakan orang mengira batu ini tak ada lagi. "Barulah beberapa tahun kebelakang ditemukan lagi batu spesial ini oleh saya dan generasi muda di Kampung kami yang berjarak tak kurang dari 500 meter dari ladang milik Ohen," katanya.

Kodir mengaku bersyukur dengan semakin banyaknya peminat batu Garut di Indonesia, para penggali bisa mencari nafkah lebih, namun untuk sementara ini batu Ohen sudah sangat sulit ditemukan.

"Kata Pak Sudjatmiko baru 10 persen saja yang ditemukan, sisanya masih terkubur dalam tanah, namun saya sangat berterimakasih kepada Kepolisian yang sudah menyebarluaskan batu ini. Tanpa kehadiran Mobrig atau kini disebut Brimob, batu-batu berkualitas tinggi ini hanya akan jadi pematik api, padahal unsur-unsur yang terkandung didalamnya sangat langka dan sulit didapat," ungkapnya.

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menilik Sejarah Batu Hobon Pusuk Buhit, Dipercaya Jadi Tempat Peninggalan Harta Karun Raja Batak
Menilik Sejarah Batu Hobon Pusuk Buhit, Dipercaya Jadi Tempat Peninggalan Harta Karun Raja Batak

Batu peninggalan di Pulau Samosir ini memiliki bentuk yang unik.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu
Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu

Arkeolog Takjub, Ukiran Gambar Hewan dan Benda Langit Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gunung Berbatu

Baca Selengkapnya
Sejarah Soto Tangkar yang Melegenda, Lahir dari Sulitnya Orang Betawi Membeli Daging Sapi
Sejarah Soto Tangkar yang Melegenda, Lahir dari Sulitnya Orang Betawi Membeli Daging Sapi

Siapa sangka jika soto tangkar berangkat dari ketidakmampuan warga Betawi membeli daging sapi. Begini kisahnya

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
8 Cerita Sunda Lucu Bikin Ngakak, Menghibur dan Mengocok Perut
8 Cerita Sunda Lucu Bikin Ngakak, Menghibur dan Mengocok Perut

Dari lelucon ringan hingga cerita penuh kecerdikan yang hanya bisa ditemukan di tanah Parahyangan, setiap narasi akan menjadi hiburan yang melepas lelah.

Baca Selengkapnya
Bak Ada di Tahun 1980-an, Ini Cerita Unik Dusun Malangbong yang Letaknya di Tengah Hutan Bojonegoro
Bak Ada di Tahun 1980-an, Ini Cerita Unik Dusun Malangbong yang Letaknya di Tengah Hutan Bojonegoro

Berkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan Harta Karun Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu
Arkeolog Temukan Harta Karun Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu

Arkeolog Temukan Perhiasan Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu

Baca Selengkapnya
Hilang Sepekan di Garut, Bocah Ditemukan jadi Mayat di Bendungan Jatigede Sumedang
Hilang Sepekan di Garut, Bocah Ditemukan jadi Mayat di Bendungan Jatigede Sumedang

Sebelumnya bocah tersebut dinyatakan hilang lebih dari sepekan atau sejak Kamis, 11 April 2024.

Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan Meterai Batu Berusia 2.800 Tahun, Ada Gambar Ular Berkepala Tujuh
Arkeolog Temukan Meterai Batu Berusia 2.800 Tahun, Ada Gambar Ular Berkepala Tujuh

Gambar di atas batu ini menggambarkan sengitnya pertempuran di masa lalu.

Baca Selengkapnya