Virus Corona Buat Investor Panik, Hindari Risiko Dana Hilang
Merdeka.com - Perekonomian global terus bergejolak akibat wabah virus corona. Semula, dampak virus covid-19 ini dianggap pasar bakal teratasi dengan cepat selaiknya saat terjadi wabah SARS. Namun, meluasnya area penyebaran virus membuat pasar jadi panik. Banyak investor menarik investasi untuk menghindari resiko dana hilang.
"Uang enggak ada yang loyal. Uang hanya loyal terhadap return yang dia dapat," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (28/2).
Dampak virus corona memang sudah diprediksi oleh Bank Indonesia. Salah satunya terjadi penurunan ekonomi. Namun, saat ini kondisi Indonesia diklaim masih jauh lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Para pemangku kebijakan telah berupaya merespons hal ini. Baik itu pemerintah dan regulator seperti Bank Indonesia dan OJK. Semua arahnya serentak dengan easing policy dan injeksi. Hanya memang semua dilakukan secara terukur.
"Jadi memang ada pelonggaran. Pemerintah keluarkan kebijakan fiskal berupa injeksi-injeksi," kata Destry.
Penyebaran virus corona berdampak langsung ke sektor investasi di Tanah Air. Sebab, China banyak terlibat dalam proyek hilirisasi komoditi Indonesia. Saat ini, investor sedang menahan diri karena terjadi risk off.
Kata Destri, China biasanya suka risiko dengan investasi ke pasar saham. Namun, kini mereka tak mau mengambil resiko. Sebaliknya, China menarik investasi untuk berpindah ke instrumen yang lebih aman. Misalnya, investasi dalam bentuk dolar Amerika, surat utang (bonds) atau emas.
"Saat terjadi risk off, enggak berani dia ngambil risiko jadi dia pergi ke instrumen yang dianggap aman," kata dia.
Langkah Antisipasi Pemerintah
Dalam kondisi seperti ini, pemerintah dan regulator melakukan berbagai langkah konkret. Pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal yang dilakukan Kementerian Perekonomian dan Kementerian Keuangan.
Sedangkan Bank Indonesia melakukan gelombang kebijakan moneter. Termasuk operasi moneter dengan tripel intervention yakni spot, pembelian SBN dan DNDF.
Pada spot, ada beberapa aset yang dijual investor dibeli Bank Indonesia. Setelah baru investor masuk ke spot market. "Kita juga masuk ke bonds market dalam rangka untuk stabilitas karena hubungan bonds market dengan currency kita sangat dekat hubungannya," kata Destry menerangkan.
Dia melanjutkan, jika terjadi outflow atau aliran modal asing keluar pasti akan berdampak pada Rupiah. Sehingga, saat ini pihaknya berusaha menjaga agar nilai tukar Rupiah tetap stabil.
DNDF merupakan instrumen untuk hedging (strategi lindung nilai). Asing membeli aset di Indonesia pasti menggunakan Rupiah. Saat asetnya dijual, uang yang didapatkan berupa Rupiah dan harus ditukar ke dalam USD kembali nantinya.
"Suatu ketika nanti kan dia harus balik lagi ke dolarnya itu kan. Belajar dari pengalaman, biasanya mereka akan hedging dulu. Mau sebulan atau 3 bulan, tergantung," kata Destry.
Sebelum adanya DNDF, kondisi ini lebih parah lantaran investasi bisa diatur oleh investor asing. Tetapi ini masih banyak dimanfaatkan asing yang masih ingin mengamankan posisi. "Tapi kita juga enggak bisa nentuin BI mau di rate sekian. Kita berusaha smoothing sambil kemudian pemerintah dengan stimulus fiskalnya dan kami dengan easing policy kami, dan OJK dengan easing policynya. Kita bersama-sama melakukan concert action mendorong domestik ekonomi kita," papar dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaMenurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca Selengkapnya