Tekan Kerusakan Lingkungan, Pemerintah Dorong Pengembangan Kerajinan Non Kayu
Merdeka.com - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencatat porsi penggunaan bahan dasar bambu untuk pembuatan mebel dan kerajinan hanya berkisar 0,5 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kayu yang mencapai 65,5 persen.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Kemenkop) Victoria Simanungkalit mengatakan, guna menekan potensi kerusakan lingkungan, akan mengembangkan mebel dan kerajinan dengan bahan dasar non kayu. Selain bambu, dia menyebutkan Kemenkop akan fokus pada serat-serat alam.
"Seperti eceng gondok, kemudian serat-serat lainnya, yang bisa membuat room decor termasuk furniture menjadi indah," ujarnya di gedung Kemenkop, Jakarta, Kamis (6/2).
"(Selain itu), kemarin kami sudah lihat (bahan dasar mebel dan kerajinan) dari kapas, menjadi suatu tali yang dianyam, (kemudian dipadu dengan) kayu limbah, tapi begitu dipadu, bisa menjadi suatu produk yang baik, dan memiliki prospek," tambah Victoria.
Victoria mengatakan, toko mebel dan kerajinan IKEA, juga akan berpindah haluan dari penggunaan bahan dasar kayu ke bambu. "Nah ini yang akan kita dorong, terutama metode penelitian research and development (R&D), karena kan bambu juga ada bubuknya, gampang patah, nah ini kan perlu R&D, perlu teknologinya ini yang sedang coba dikaji dan dikembangkan, sehingga kita bisa menghasilkan produk bambu yang luar biasa," jelasnya.
Penggunaan bambu menjadi bahan dasar pembuatan mebel dan kerajinan, Victoria mengatakan didasari oleh mudahnya tanaman bambu bisa tumbuh di semua daerah di Indonesia. "Jenisnya juga luar biasa, ada yang kayak batik, putih dan hitam, jadi itu sudah warna-warna yang diberikan Tuhan, itu sesuatu yang indah, dibanding cuman kita warnai nah ini yang kita perlu dikembangkan," jelasnya.
Pemerintah Ingin Pasar Ekspor Mebel dan Kerajinan Tumbuh Dua Kali Lipat
Victoria Simanungkalit mendukung Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dalam mengatasi kendala pengembangan mebel dan kerajinan. Harapannya, peran mebel dan kerajinan Indonesia di pasar dunia yang saat ini baru menguasai dua persen dari pasar dunia dapat ditingkatkan.
"Dan kita ingin (melakukan peningkatan) dua kali lipat," ujarnya.
Melihat peluang Indonesia yang bisa ikut bersaing di kancah dunia, Victoria menyebutkan masih ada beberapa kendala yang harus dihadapi, diantaranya penyediaan bahan baku. "Ini yang menjadi tantangan, dan kita akan coba telusuri di mana kendalanya."
Menangani kendala itu, Victoria menyebutkan akan mencoba lihat di hulu. Sebab, untuk rotan dan kayu sebagai bahan dasar pembuatan mebel dan kerajinan di daerah seperti Jawa tengah dan Jawa timur itu susah diakses oleh Usaha Kecil Menengah (UKM).
Selanjutnya Victoria mengatakan, Kemenkop akan mengajak Kementerian atau Lembaga (K/L) yang terkait untuk merevisi peraturan dan mendorong badan penyanggah rotan untuk lebih bekerja aktif. "Sehingga ketersediaan rotan untuk industri kayu bisa terpenuhi, dan peraturan itu yang sedang kita coba jajaki," ujarnya.
Sementara untuk mendorong kualitas barang, dalam hal ini bahan dasar mebel dan kerajinan, yang sampai ke UKM, Victoria mengatakan Kemenkop akan bekerjasama dengan Pemerintahan Daerah (Pemda) dan asosiasi untuk mendorong faktor penyebaran.
"Faktor penyebaran, apa itu pada hulunya, terminal bahan bakunya, atau faktor penyebaran untuk membuat komponen-komponen sehingga kualitasnya bisa lebih baik."
Asosiasi dan UKM Harus Masuk Koperasi Agar Dapat LPDB
Di sisi lain, Victoria mengatakan Kemenkop saat ini mulai mendorong Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), menjadi salah satu sumber pembiayaan untuk koperasi dengan bunga yang rendah, serta meminta asosiasi berkonsolidasi dengan UMKM untuk mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR)."Sehingga kalau (jumlah anggotanya) ada 1000 membentuk koperasi, 1 orang bisa 50 tanpa agunan, 50 dikali 1.000 sudah Rp5 miliar, itu sudah cukup besar dan itu dikelola bersama menjadi suatu kekuatan," papar Victoria.Reporter Magang : Nurul Fajriyah
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Khusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaPabrik ini mampu memproduksi sekitar 75 ribu ton bahan peledak setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaVolume sampah yang terus meningkat masih menjadi tantangan bagi pemerintah di tengah fasilitas pengolahan sampah yang terbatas.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bahlil menilai kenaikan tarif pajak hiburan ini bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBeras dalam kemasan kantong plastik ukuran 5 kilogram itu merupakan cadangan beras pemerintah untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
Baca SelengkapnyaDalam aspek sosial, penggunaan bahan bakar alternatif berkontribusi dalam mencegah timbulnya persoalan dan penyakit akibat sampah yang menumpuk.
Baca SelengkapnyaSaat ini buah kelapa menjadi komoditas yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioavtur.
Baca SelengkapnyaPenyaluran bansos beras kemasan 10 kg dihentikan sementara pada 8-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaOtorita IKN Nusantara akan membangun kawasan hijau atau lindung seluas 177 ribu hektare.
Baca Selengkapnya