Tantangan Sektor Perkebunan, dari Harga Pupuk Mahal Hingga Cuaca Tak Menentu
Merdeka.com - Perkebunan dan perhutanan menjadi bagian penting dalam ekonomi nasional khususnya ketahanan pangan di Indonesia. Namun, meningkatnya inflasi menyebabkan bahan kebutuhan perkebunan seperti pupuk dan bibit tanaman mengalami kenaikan harga.
Untuk menghadapi hal itu, Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI), luncurkan sejumlah produk unggulan, di antaranya dua produk pupuk bernama Glow Green dan Biosilac. Serta tiga bahan tanam bernama Kakao Varietas ICCRI 09, Klon Jati, dan Klon Kayu Putih.
Produk dari hasil riset tersebut diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi mahalnya harga pupuk dan dapat meningkatkan produktivitas sehingga lebih dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Dengan keunggulannya yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanam. Tentunya ini akan membantu menurunkan biaya produksi seperti biaya pemupukan sehingga bisa meningkatkan pendapatan.
Direktur Utama Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Mohammad Abdul Ghani, mengungkapkan beberapa tantangan yang harus dihadapi sektor perkebunan dan kehutanan yakni, mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu akibat dari climate change, serta produktivitas beberapa komoditas perkebunan dan kehutanan yang masih rendah.
Peran Riset
"Oleh karenanya, peran dari research institute menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan, sekaligus daya saing dari sebuah korporasi," ujarnya dalam launching produk unggulan Indonesia Plantation & Forestry Research Institute di Gedung Agro Plaza, Jakarta, Rabu (21/9).
Dia menambahkan, Holding Perkebunan Nusantara dan Perhutani, terus berupaya dan berkomitmen untuk menjadikan IPFRI sebagai ujung tombak riset di bidang perkebunan dan kehutanan.
"Kami menjadikan IPFRI sebagai one stop serving bagi kebutuhan teknologi, produk, proses, lingkungan, jasa, dan ekonomi, serta kebijakan di bidang perkebunan dan kehutanan," pungkasnya.
Reporter Magang: Hana Tiara Hanifa
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi kentang di Modoinding Minahasa Selatan, mengalami kenaikan signifikan hingga 55 persen dari awalnya 9,9 ton per Hektare (Ha) menjadi 15,8 ton/Ha.
Baca SelengkapnyaGanjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca SelengkapnyaDia yakin strategi ini bisa mempermudah kedaulatan pangan di Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaJokowi menemukan harga beras di Pasar Sungai Ringin berada pada tingkat yang wajar.
Baca SelengkapnyaKisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, perubahan iklim membuat gagal panen.
Baca SelengkapnyaPemprov Kaltim terus berupaya memacu peningkatan dan pengembangan produksi komoditas pisang di daerah.
Baca SelengkapnyaProgram Ganjar-Mahfud sendiri memang memberantas kemiskinan dari hulu, yakni lewat peningkatan pendidikan.
Baca Selengkapnya