Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tak punya infrastruktur, Rachmat Gobel pesimis energi nuklir maju

Tak punya infrastruktur, Rachmat Gobel pesimis energi nuklir maju

Merdeka.com - Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Rachmat Gobel menyarankan, dibanding nuklir, sebaiknya pemerintah lebih mengutamakan energi terbarukan lain. Pasalnya, dia melihat infrastruktur Indonesia belum mumpuni memfasilitasi pengembangan energi ini.

"Kalau bagi saya mendorong lebih dulu energi baru terbarukan dari pada nuklir," kata Rachmat Gobel di Jakarta, Kamis (28/5).

Ketidaksiapan infrastruktur Indonesia, lanjut pria yang juga menjabat Menteri Perdagangan itu, membuat penerapan energi nuklir tidak maksimal.

"Ada yang bilang sudah ada (siap), ada yang bilang tidak. Ya faktornya banyak masing-masing memiliki analisa yang berbeda-beda," terangnya.

Sebelumnya, Deputi bidang Teknologi Tenaga Nuklir Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) Taswanda Taryo menuturkan, tenaga nuklir cocok untuk dikembangkan di Indonesia. Tenaga nuklir lebih tepat digunakan untuk bahan bakar pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter yang saat ini gencar didorong pemerintah untuk dibangun di dalam negeri.

Taswanda menambahkan, pada 2025 mau tidak mau Indonesia harus mengembangkan energi nuklir. Alasannya, kebutuhan energi pada tahun itu bakal semakin besar. Ditambah, Indonesia sibuk menggenjot industrialisasi.

BATAN segera merealisasikan pembangunan reaktor nuklir sebagai energi alternatif untuk mengatasi krisis listrik di Indonesia. Batan akan membangun reaktor nuklir di kawasan Serpong, Banten bersama BUMN Rusia.

Pertengahan April 2015, BATAN mengumumkan bahwa konsorsium Rusia Indonesia menjadi pemenang lelang untuk tahap pre-desain dalam proyek ini. Konsorsium itu terdiri dari beberapa perusahaan Indonesia, yaitu PT Rekayasa Engineering dan PT Kogas Driyap Konsultan.

Sedangkan perusahaan Rusia yaitu NUKEM Technologies GmbH, anak perusahaan Rosatom. Rosatom sendiri adalah BUMN nuklir asal Rusia, NUKEM dan beberapa perusahaan Rosatom lainnya akan mengerjakan desain reaktor dan jasa konsultasi.

Nantinya konsorsium Rusia - Indonesia ini akan mengerjakan pembangunan reaktor gas-cooled multifungsi bersuhu tinggi dengan kapasitas 10 megawatt. Selama 8 bulan, konsorsium ini akan bertanggungjawab pada ruang lingkup pengerjaan yang telah ditentukan, termasuk persiapan studi kelayakan untuk desain konseptual dan paket desain dasar.

Selain menang tender pre desain reaktor daya, Rusia juga menjadi pemasok Kobalt-60 (Co-60) sebagai sumber pengion untuk perusahaan Indonesia, Rel-lon, Kobalt-60 ini akan dipasok oleh JSC Isotope, anak perusahaan Rosatom.

Rel-lon merupakan perusahaan yang menyediakan layanan sterilisasi gamma, cakupan layanan meliputi sterillisasi alat-alat medis desinfeksi wadah medis dan makanan, dan juga bahan baku untuk industri kosmetik.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?

Pemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?

Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.

Baca Selengkapnya
Golkar Optimis Minimal Dapat 102 Kursi di DPR

Golkar Optimis Minimal Dapat 102 Kursi di DPR

Dia menyebut penambahan 2-3 persen itu berasal dari dua kekuatan tambahan, yaitu infrastruktur partai dan kekuatan caleg yang mewakili.

Baca Selengkapnya
Nggak Mau Biaya Bulanan Membengkak? Begini Cara Menghemat Listrik di Rumah yang Bisa Ditiru

Nggak Mau Biaya Bulanan Membengkak? Begini Cara Menghemat Listrik di Rumah yang Bisa Ditiru

Cara mengurangi pengeluaran bulanan bisa dimulai dengan menghemat pemakaian energi listrik. Ini tipsnya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemerintah Janji Tarif Listrik Tetap Murah di Tengah Percepatan Transisi Energi Baru Terbarukan

Pemerintah Janji Tarif Listrik Tetap Murah di Tengah Percepatan Transisi Energi Baru Terbarukan

Percepatan transisi energi fosil ke EBT diperlukan untuk mewujudkan target emisi karbon netral atau net zero emission pada 2060 mendatang.

Baca Selengkapnya
Alami Tren Penurunan Harga, Bos IBC Percaya Diri Permintaan Nikel Tetap Tinggi

Alami Tren Penurunan Harga, Bos IBC Percaya Diri Permintaan Nikel Tetap Tinggi

Permintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.

Baca Selengkapnya
Di Forum CERAWeek, Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda Untuk Penuhi Energi Nasional

Di Forum CERAWeek, Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda Untuk Penuhi Energi Nasional

Nicke menguraikan alokasi belanja Perusahaan untuk menjawab strategi pertumbuhan ganda tersebut.

Baca Selengkapnya
Kembangkan Energi Terbarukan, KLHK dan PPLI Siapkan Teknologi Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Kembangkan Energi Terbarukan, KLHK dan PPLI Siapkan Teknologi Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Langkah ini penting dilakukan karena ada 13 juta ton lebih sampah plastik dalam setahun.

Baca Selengkapnya
Konsumsi Energi Fosil Masih Terus Naik, Target Bauran EBT Turun Jadi 17 Persen di 2025

Konsumsi Energi Fosil Masih Terus Naik, Target Bauran EBT Turun Jadi 17 Persen di 2025

Target bauran EBT sebesar 17-19 persen bisa tercapai jika negara konsisten menyuntik mati PLTU batu bara

Baca Selengkapnya
Tuntaskan Tugas, Pertamina Patra Niaga Penuhi Konsumsi Energi Masyarakat Sepanjang Nataru

Tuntaskan Tugas, Pertamina Patra Niaga Penuhi Konsumsi Energi Masyarakat Sepanjang Nataru

Pertamina Patra Niaga telah menyelesaikan tugas penyaluran energi bagi masyarakat dengan maksimal sepanjang periode Satgas Nataru.

Baca Selengkapnya