Suku bunga acuan BI diprediksi tetap 4,75 persen hingga akhir tahun
Merdeka.com - Standard Chartered Bank memprediksi Bank Indonesia (BI) tidak akan mengubah kebijakan suku bunganya di Semester II-2017. Di mana, BI diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (Bi 7-day RR Rate) pada angka 4,75 persen sampai dengan akhir 2017.
Head, ASEAN Economic Research, Standard Chartered Bank Edward Lee Wee Kok mengatakan ketidakpastian akan laju normalisasi kebijakan AS telah mendorong Bl untuk mengambil posisi lebih hati-hati. Meski Bank Sentral AS mengambil pendekatan berjaga-jaga, namun kondisi likuiditas masih cukup baik.
"Seperti terlihat pada hutang pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah di pasar terbuka ( open market operations) pada bulan April yang hampir menyentuh rekor sebesar RP 440 triliun sehingga mampu menurunkan market rates lebih jauh lagi," kata Edward di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (24/7).
Sementara itu, bunga pinjaman (modal kerja) dan bunga deposito turun masing-masing sebesar 16 bps dan 20 bps. Melihat hal tersebut, Standard Chartered memprediksi keduanya akan tumbuh perlahan pada semester II-2017 sejalan dengan perluasan buku pinjaman yang dilakukan oleh perbankan.
Selain itu, inflasi juga diprediksi meningkan dan memuncak di kuartal III-2017, dan mencapai 4,3 persen hingga akhir tahun. Hal ini dikarenakan naiknya harga bahan bakar minyak, meningkatnya kelompok bahan makanan, dan musim kering yang diprediksi akan lebih ringan dibandingkan tahun 2016.
"Namun BI akan tetap mempertahankan suku bunganya, meski menghadapi tekanan inflasi mendekati akhir tahun," imbuhnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (Bi 7-day RR Rate) sebesar 4,75 persen. Sementara, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,50 persen. Ini berlaku efektif sejak 21 Juli 2017.
Direktur Departemen Komunikasi, Arbonas Hutabarat mengatakan, keputusan tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik.
"BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility 4,00 persen dan Lending Facility 5,50 persen," kata Arbonas di gedung BI, Jakarta, Kamis (20/7) malam.
Arbonas menyebut, proses pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut namun tidak sekuat perkiraan semula, terutama akibat perlambatan konsumsi, meski di sisi lain terdapat peningkatan investasi. Tekanan inflasi diperkirakan sedikit berkurang di bawah perkiraan semula akibat permintaan yang masih lemah dan terkendalinya harga pangan.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaDirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
Baca SelengkapnyaSelain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaRencananya pada lebaran tahun ini pengedaran uang akan dilakukan di 4.675 titik penukaran.
Baca Selengkapnya