Studi: 20 negara maju alami krisis dana pensiun
Merdeka.com - Kewajiban pembayaran masa lalu (unfunded liabilities) plus perubahan demografi menambah tekanan terhadap pendanaan pensiun global. Berdasarkan studi Citigroup, sebanyak 20 negara maju tergabung dalam organisasi kerja sama ekonomi dan pembangunan (OECD) mengalami shortfall atau krisis dana pensiun sekitar USD 78 triliun.
"Sistem keamanan sosial, rencana pensiun nasional,pensiun sektor swasta, dan akun pensiun individual semuanya tak terbiayai atau pembiayaannya di bawah kebutuhan secara global," kata analis Citi dalam laporan tersebut seperti dikutip CNBC.com, kemarin.
Adapun 20 negara dimaksud antara lain, United Kingdom, Prancis, Jerman, dan beberapa negara di Eropa Barat dan Tengah. Lalu, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Australia.
Selain pemerintahan, Citi juga menyebut sektor korporasi juga gagal menjaga konsistensi dalam memenuhi kewajiban penyediaan dana pensiun. Itu kebanyakan dialami korporasi Paman Sam dan United Kingdom.
Lebih jauh, studi tersebut menjelaskan, persoalan besar dialami sejumlah negara memiliki sistem pensiun publik yang besar di Eropa. Semisal, Jerman, Prancis, Prancis, Itallia, United Kingdom, Portugal, dan Spanyol.
Sejumlah negara tersebut diestimasi memiliki kewajiban pendanaan pensiun publik di atas 300 persen dari produk domestik bruto. Ini lantaran
Para pensiunan membutuhkan tambahan dukungan pendanaan guna meningkatkan asuransi kesehatan mereka.
Di sisi lain, skema pensiun negara kian terbebani oleh peningkatan penduduk usia pensiun.
Makanya, beberapa negara, seperti United Kingdom, Prancis, dan Italia, secara bertahap menaikkan batas usia pensiun.
Terkait itu, Citi mengusulkan, penetapan usia pensiun dikaitkan dengan angka harapan hidup. Lalu, dana pensiun yang dibiayai pemerintah sebaiknya dijadikan jaring pengaman ketimbang sumber utama pemasukan para pensiunan.
Dan, untuk korporasi yang memiliki program pensiun manfaat pasti yang beku disarankan untuk keluar dari bisnis asuransi ini.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaNegara Termiskin di Dunia, Hanya Bisa Bertani untuk Makan Sehari-Hari
Laporan Global Finance Magazine mencatat negara ini sebagai negara paling miskin di dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penelitian Sebut Krisis Kesuburan Bikin Populasi Dunia Anjlok pada 2100, Tapi Wilayah ini Tetap Produktif Lahirkan Bayi
Sebuah penelitian memperingatkan tingkat kesuburan di hampir setiap negara akan terlalu rendah untuk menopang populasi mereka pada akhir abad ini.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaTernyata, Kenaikan PPN 12 Persen Jadi Tertinggi di Asia Tenggara
Kenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.
Baca SelengkapnyaUang Negara Rp271 Triliun Kasus Korupsi Timah Bisa Untuk Biayain Berapa Anak Sekolah Gratis?
Sementara untuk kerugian keuangan negara masih dalam formulasi penyidik bersama pihak terkait.
Baca Selengkapnya