Strategi Bank Indonesia Hadapi Pengetatan Kebijakan Moneter The Fed
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyatakan siap menghadapi keputusan pengetatan kebijakan moneter atau tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
"Dengan berbagai asesmen dan kondisi ekonomi Indonesia, dan berbagai pengalaman yang kami lakukan, dampak dari The Fed tapering tentu saja itu bisa diantisipasi secara baik," ujarnya dalam sesi teleconference, Selasa (21/9).
Perry mengatakan, Bank Indonesia selalu mencermati isu tapering The Fed dalam rapat dewan gubernur (RDG) yang dilakukan setiap bulan. Dia lantas menemukan tiga alasan mengapa hal itu tidak perlu ditakuti secara berlebihan.
"Ada tiga alasan. Satu, bahwa bank sentral Amerika The Fed terus lakukan komunikasi-komunikasi secara baik kepada investor, media, dan masyarakat, dasar keputusan apa melakukan tapering," ungkapnya.
Kedua, Bank Indonesia bersama pemerintah terus memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah di pasar keuangan. Dalam hal ini, BI tetap menjalankan triple intervention di pasar spot, domestic non-deliverable forwards (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN).
"Sejak awal tahun kecuali Februari, Bank Indonesia tidak banyak melakukan intervensi. Dengan bekerjanya mekanisme pasar melakukan penyesuaian, rupiah tetap stabil," kata Perry.
Ketiga, sia menilai ketahanan ekonomi domestik sudah jauh lebih baik. Ini terlihat dari defisit transaksi berjalan (CAD) yang relatif sehat di 0,6-1,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), lalu cadangan devisa yang lebih dari USD 144 miliar.
"Dengan memantau secara tepat, InsyaAllah kita lebih tahan dan mampu mengantisipasi kebijakan moneter The Fed," pungkas Perry.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaPerry menjelaskan sebagian besar operasional kegiatan BI seperti pembayaran moneter, pencadangam devisa, sektor keuangan lainnya masih dilakukan di Jakarta.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca Selengkapnya