Separuh emiten China hentikan perdagangan saham khawatir krisis
Merdeka.com - Gejolak ekonomi China membuat lebih dari setengah emiten di negara tirai bambu tersebut menghentikan perdagangan sahamnya. Sekitar 1.430 dari total 2.776 emiten di China memutuskan membeli kembali saham mereka atau buyback di pasar.
Dilansir dari CNN Money, Rabu (8/7), perusahaan menengah dan kecil di China khawatir kinerjanya anjlok seiring gejolak di pasar saham. Zhejiang Great Southeast, perusahaan plastik lokal, menjadi salah satu emiten yang menghentikan perdagangan sahamnya kemarin. Alasannya, ketidakpastian pasar dan menghindari fluktuasi harga saham.
Pasar modal di Shanghai telah terkoreksi turun lebih dari 30 persen sejak 12 Juni lalu. Pada saat itu, pasar modal Shanghai tengah bullish.
Saat ini, pasar modal China telah kehilangan lebih dari USD 3 triliun. Kondisi ini membuat para investor dan perusahaan resah.
Pemerintah China telah meminta penghentian semua perdagangan saham untuk menstabilkan pasar, namun, hasilnya sia-sia.
Kepala ekonom Reorient, Steve Wang, mengatakan dalam 10 hari perdagangan terakhir sekitar 500 miliar Yuan atau USD 81 miliar dana investor ditarik keluar negeri. "Yang mana sekitar 30 persen dari posisi puncaknya terakhir," ujarnya.
China sendiri saat ini adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, China adalah adalah salah satu konsumen komoditas terbesar dunia. Penurunan harga saham tentu akan mempengaruhi ekonomi dunia secara langsung.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Eksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaSelain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaInarno bilang pasar saham domestik sampai dengan 28 Maret 2024 melanjutkan trend penguatan.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaIni yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaData pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca Selengkapnya