Selain bangkrut, Puerto Rico kini juga dilanda krisis air
Merdeka.com - Sudah jatuh tertimpa tangga, pepatah ini nampaknya layak disematkan kepada Puerto Rico. Pasalnya, salah satu negara persemakmuran Amerika Serikat tersebut baru saja menyandang status bangkrut. Kini Puerto Rico dihadapkan pada masalah krisis air bersih.
Kekeringan parah yang melanda Puerto Rico memaksa pemerintah untuk menjatah air. Pemerintah mematikan pasokan air ke rumah penduduk beberapa kali dalam satu hari. Namun, daerah wisata utama masih aman dan tidak merasakan pembatasan air.
Sangat mudah untuk menyalahkan musim dan cuaca panas yang menjadi penyebab kekeringan ini. Namun pemerintah Puerto Rico mengakui ini cuaca bukanlah satu-satunya penyebab kekeringan. Mereka percaya bahwa salah urus pasokan air menjadi penyebab kekeringan.
Rumah Juan Camacho misalnya, hanya memiliki air untuk satu hari dan kemudian air tidak mengalir selama dua hari berikutnya. Dia tinggal di Trujilo Alto, sebuah kota yang jaraknya hanya 13 mil dari pusat kota San Juan.
Ketika air kembali mengalir, banyak penduduk Puerto Rico seperti Camacho menjaga kran hidup selama berjam-jam untuk mengisi kaleng, mangkuk hingga tempat sampah.
Suhu di Trujilo Alto mencapai puncak tertingginya yaitu 91 derajat Fahrenheit pada Senin (3/8). Camacho yang merupakan seorang aktivis sosial mengatakan pemerintah kurang memelihara waduk atau penyimpanan air di daerah. Sehingga kotoran masuk ke waduk dan air tidak bisa diminum.
"Kami memiliki masalah kekeringan besar. Kami menyimpan air bukan hanya untuk minum tapi untuk mandi dan hal hal lainnya," katanya.
Pada 1994, pulau ini mengalami krisis air yang sama. Puerto Rico kemudian menimbun air di waduk. Namun, genangan air ini malah menimbulkan jentik-jentik nyamuk yang memicu wabah demam berdarah. Melihat dampak ini, pemerintah memberlakukan jatah air karena khawatir wabah penyakit bisa menular.
Sebelumnya, Puerto Rico resmi menyandang status bangkrut. Salah satu negara persemakmuran Amerika Serikat tersebut untuk pertama kalinya tak mampu membayar utang USD 58 juta atau Rp 782 miliar ke Public Finance Corporation (PFC). Situasi kemungkinan akan semakin buruk karena total utang Puerto Rico mencapai USD 72 miliar atau Rp 972 triliun.
Dilansir dari The Guardian, negara ini hanya mampu membayar USD 628.000 dari USD 58 juta utang yang jatuh tempo 1 Agustus 2015 lalu.
"Ini keputusan yang mencerminkan keprihatinan serius tentang likuiditas Puerto Rico," ucap Presiden Bank Pembangunan Puerto Rico, Melba Acosta Febo dalam pernyataannya.
Akhir bulan lalu, Kepala Staf Gubernur, Victor Suarez telah menyebut kalau pemerintah tidak punya uang untuk membayar utang USD 58 juta yang terdiri dari utang pokok dan bunga kepada PFC.
Gubernur Puerto Rico, Alejandro Garcia Padilla juga pernah mengatakan kepada New York Times bahwa Puerto Rico berada di spiral kematian dan tidak bisa membayar utangnya.
"Kita tidak bisa bayar utang. Tidak ada pilihan lain. Ini bukan politik, tapi ini adalah matematikan," ucapnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaSekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaKrisis air bersih menjadi bencana tahunan yang seolah belum ditemukan solusinya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bareskrim Polri bertugas menangani seluruh tindak pidana asal dari pencucian uang.
Baca SelengkapnyaSekda Keerom terduga korupsi hingga negara mengalami kerugian sebesar Rp18.201.250.000
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, bendungan dan Instalasi Pengolahan Air itu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaKenaikan permukaan air laut sebesar berkisar 1 sampai 15 cm per tahun di beberapa lokasi
Baca SelengkapnyaDalam kasus timah, merugikan negara mencapai ratusan triliun rupiah.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca Selengkapnya