Rupiah Merosot Seiring Masih Berlanjutnya Perang Dagang China-AS
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore melemah seiring negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dan China mengalami kebuntuan. Rupiah melemah 96 poin atau 0,67 persen menjadi Rp14.423 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.327 per dolar AS.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.335 per USD. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.335 hingga Rp14.442 per USD. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan, Rupiah melemah menjadi Rp14.362 per USD dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.347 per USD.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perang dagang antara AS dan China kembali meningkat. Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu menemui jalan buntu atas negosiasi perdagangan ketika AS menuntut janji perubahan konkret terhadap hukum di China.
"Konflik perdagangan telah meningkat pada hari Jumat (10/5), dengan Amerika Serikat menaikkan tarif barang-barang China senilai USD 200 miliar. China telah berjanji untuk membalas tetapi belum memberikan rincian," ujar Ibrahim dikutip Antara, Senin (13/5).
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada hari Minggu (12/5) lalu mengatakan, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kemungkinan akan bertemu pada pertemuan puncak G20 di Jepang pada akhir Juni tahun ini dan membahas perdagangan.
Sementara itu, dari domestik, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal I-2019 tercatat USD 7 miliar atau 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan tersebut lebih rendah ketimbang kuartal IV-2018 yang mencapai 3,6 persen PDB. Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada kuartal I-2018 berada di 2,01 persen PDB.
"Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa CAD untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, rupiah menjadi kehilangan pijakan untuk menguat," kata Ibrahim.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaDi Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnya