Rupiah melemah, tempe tahu kembali terancam langka
Merdeka.com - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat membuat harga sejumlah barang impor ikut naik. Salah satunya adalah harga kedelai, yang merupakan bahan baku tahu dan tempe. Akibat kenaikan tersebut sejumlah perajin tahu dan tempe di Mojosongo, Solo mengurangi produksinya.
Menurut beberapa distributor dan perajin tahu tempe, harga kedelai dalam 4 hari terakhir terus mengalami kenaikan.
Sofi, salah satu karyawan distributor kedelai 'Dele Mas', Solo mengatakan harga kedelai impor asal Amerika naik dari semula Rp 7.975 per kilogram menjadi Rp 8.125 per kilogram.
"Harga naik sejak 4 hari lalu. Kenaikan harga terjadi dari semua distributor kedelai yang lebih besar. Kami tinggal ngikut saja," ujar Sofi, yang juga biasa melayani perajin tahu-tempe di sentra produksi Mojosongo, Selasa (23/9).
Sofi mengaku, saat harga normal, dalam sehari dia bisa menjual 3 ton kedelai ke perajin. Namun, setelah terjadi kenaikan harga, banyak perajin yang mengurangi pembelian kedelai. Selain karena naiknya harga kedelai, juga karena pasar tahu-tempe sedang sepi.
Ungkapan senada disampaikan Suryastuti, pemilik distributor kedelai 'Nyah Ngemplak'. Dia mengatakan dalam sepekan ini harga kedelai di tingkat distributor menengah naik bertahap.
"Selama sepekan ini setiap hari naik Rp 50. Sekarang harganya Rp 7.900 per kilogram," ucapnya.
Dia membenarkan naiknya harga kedelai akibat melemahnya nilai Rupiah. Sebab, sebenarnya stok barang cukup banyak. Dia biasa mengambil kedelai impor dari Amerika yang masuk ke Indonesia lewat Semarang.
Meski Dolar tengah menguat, dia memperkirakan harga kedelai impor tidak akan setinggi dulu yang bisa menembus Rp 9.500 per kilogram. "Sehari kami bisa menjual rata-rata 2,5 ton kedelai impor. Pembeli kebanyakan perajin tahu-tempe yang berjualan di pasar. Ada juga yang dari sentra produksi tahu-tempe," katanya.
Sementara itu distributor kedelai di Pasar Legi, Santoso mengatakan harga kedelai impor naik dari semula Rp 7.700 per kilogram menjadi Rp 7.900 per kilogram. Kenaikan terjadi sejak nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap Dolar Amerika.
"Saya jual kedelai asal Amerika. Tapi pembelian di sini turun sekitar 10 persen. Pasar tahu dan tempe sedang sepi, karena harga kedelai naik," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran
Kenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaCurhat Produsen Tahu di Purwakarta Keluhkan Harga Kedelai, Pilih Perkecil Ukuran daripada Naikkan harga
Naiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaSoal Harga Beras, Jokowi: Jangan Tanya Saya, Lihat Saja Langsung di Lapangan Sudah Turun
Jokowi meminta agar dicek langsung di Pasar Induk bagaimana kondisi harga beras saat ini.
Baca SelengkapnyaJokowi Klaim Harga Beras Turun: Coba Cek di Pasar
"Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaJokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca Selengkapnya