RI Jadi Episentrum Penyebaran Covid-19 Bakal Pengaruhi Sentimen Ekonomi Nasional
Merdeka.com - Sebuah media di Jepang menyebut Indonesia sebagai episentrum penyebaran Covid-19 di Asia lantaran jumlah penambahan kasus harian yang lebih tinggi daripada India. Tercatat pada Selasa (12/7) kasus di Indonesia mencapai 47 ribu sementara di India peningkatan kasusnya 32 ribu.
Kondisi ini dinilai meresahkan karena kasus harian di Indonesia lebih banyak meski penduduknya hanya seperlima India. Belum lagi proses pelacakan kasus yang dianggap masih buruk.
Ekonom INDEF, Eko Listiyanto menilai pandangan tersebut bisa mempengaruhi sentimen ekonomi nasional di masa mendatang. Bukan tidak mungkin perbaikan ekonomi juga akan berpengaruh, terlebih sebelum terjadi lonjakan kasus, tren pemulihan ekonomi nasional telah terlihat.
"Dampaknya ini pada sentimen ekonomi ke depan. Tadinya trennya ini mau pulih, kalau sekarang ini yang terjadi, dampaknya ke target pemulihan ekonomi bisa tidak tercapai," kata Eko saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (19/7).
Berbagai indikator ekonomi nasional telah menunjukkan perbaikan sebelum gelombang baru penyebaran Covid-19 terjadi di Indonesia. Beberapa di antaranya Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang sudah di atas 100 dan PMI manufaktur yang sudah mengarah pada pemulihan.
Hal-hal tersebut diperkirakan akan kembali menurun setelah pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali dan PPKM Mikro pada sebagian wilayah di luar Jawa-Bali. Bahkan Eko menilai target pertumbuhan ekonomi nasional yang direvisi pemerintah yakni 3,7 persen - 4,5 persen juga tidak akan tercapai di akhir tahun 2021.
"Target yang direvisi pemerintah juga tidak sampai, dugaan saya tidak sebesar itu," kata Eko.
Pengendalian kasus varian delta menjadi tantangan yang harus dipecahkan pemerintah. Eko menuturkan, India berhasil mengendalikan kasus dalam waktu 2 bulan dengan tingkat pelacakan yang lebih bagus dari Indonesia. Selain itu India juga menerapkan kebijakan pengncian wilayah (lockdown) dalam beberapa waktu untuk menekan penyebaran varian delta.
Bila pengendalian kasus di Indonesia tidak lebih baik dari India, dia menilai akan memupus berbagai pencapaian pada semester I-2021. Sebab waktu untuk bangkit dari pelemahan ekonomi semakin singkat.
"Kalau misalkan ini dalam 2 bulan tidak terkendali, dugaan saya akan memupus yang di awal seperti IKK dan hasil produksi," katanya.
Perekonomian nasional bisa saja mencapai target yang ditetapkan pemerintah jika pengendalian Covid-19 hanya berlangsung selama 2 bulan. Sehingga mulai bulan September hingga Desember, perekonomian bisa digenjot maksimal dengan catatan kasus harian sudah mulai turun hingga dibawah 5 ribu per hari. Sebaliknya, bila kondisi ini berlangsung lebih dari 2 bulan, maka akan mempengaruhi ekspektasi para investor.
"Kalau lebih dari India, ekspektasi dari investor ini jadi berubah, di Idia ini delta sudah jadi standar, kalau di kita ini kan masih belum terkendali," kata dia.
Untuk itu, kata Eko kunci dari ini semua terletak pada kecepatan pemerintah mengendalikan kasus. Bisa pengendalian lebih cepat dari 2 bulan, dengan kasus harian hanya di bawah 5 ribu per hari maka dampak dari episentrum penyebaran virus ini bisa diminimalkan. Sebab kalangan menengah atas di Indonesia masih memiliki cukup dana untuk dibelanjakan. Sedangkan saat ini mereka menahan diri untuk belanja karena kondisi Covid-19 yang tengah meningkat.
"Kelas menengah atasnya ini punya uang, kalau terkendali kasusnya mereka akan segera spending kembali," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaData BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaSampah Sisa Perayaan Tahun Baru di Jakarta Capai 130 Ton, Terbesar setelah Pandemi Covid
jumlah sampah yang terkumpul selama malam perayaan tahun baru 2024 di Jakarta mencapai 130 ton.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Mirip dengan Brasil, Seperti Apa?
Ekonomi Indonesia maupun Brasil sama-sama tumbuh kuat usai terdampak parah pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnya