Revisi pertumbuhan ekonomi, sinyal BI mulai ubah kebijakan moneter
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) belum lama ini merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 menjadi 5-5,4 persen dari semula 5,2-5,6 persen.
Langkah tersebut dinilai sebagai bentuk perubahan arah kebijakan moneter yang diambil bank sentral, dari semula hanya berorientasi terhadap pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah, menjadi pengoptimalan ruang kendali moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy mengatakan, perubahan arah kebijakan moneter BI dilakukan sejalan dengan laju inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah yang semakin membaik.
"Yang menarik, BI mulai concern dan peduli ke pertumbuhan ekonomi jika dilihat dari pernyataan di Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei kemarin," papar Leo di Tangerang, Banten, Minggu, (29/5).
Menurut Leo, laju inflasi tahunan hingga April 2016 masih cukup terjaga di angka 3,6 persen (yoy) atau masih di bawah 4 persen. Sedangkan nilai tukar rupiah terus menguat setelah terpuruk hingga menyentuh angka Rp 13.600 dalam beberapa pekan terakhir. "Jika rupiah dan inflasi terjaga, BI bisa lebih peduli ke pertumbuhan ekonomi," ungkap Leo.
Tanda lain bahwa bank sentral tengah mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dari pernyataan pejabat BI dalam rapat gubernur beberapa waktu lalu. Pernyataan BI tersebut menyebut bahwa ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal apabila stabilitas makro ekonomi tetap terjaga.
"Sejalan dengan pernyataan tersebut, sikap BI yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5-5,4 persen dari 5,2-5,6 persen, juga menjadi sinyalemen BI concern ke pertumbuhan ekonomi," tutup Leo.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan
Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaGubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnya