PLN ngaku tak khawatir pemerintah tak tambah anggaran subsidi 2018
Merdeka.com - Direktur Keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Sarwono Sudarto mengaku tidak khawatir dengan keputusan pemerintah yang tidak mengubah postur APBN 2018. Padahal, dengan keputusan tersebut pemerintah tidak bisa menambah subsidi listrik tahun ini.
Sarwono mengatakan, untuk menambah subsidi listrik, PLN harus menunggu audit penggunaan subsidi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Oleh karena itu, keputusan pemerintah tidak mengajukan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) pada tahun ini tidak membuat PLN khawatir.
"Pokoknya gini, subsidi listrik itu finalnya nunggu audit BPK, kita nggak bisa mutusin sekarang," kata Sarwono, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/7).
Menurut Sarwono, jika subsidi listrik yang ditetapkan tahun ini sebesar Rp 52,66 triliun tidak cukup sampai akhir tahun, maka untuk menambahnya akan menunggu audit BPK terlebih dahulu. "Kalua 2018 akan tau setelah audit BPK. Misalnya Rp 50 triliun, ternyata nanti Rp 52 triliun, ya tambah Rp 2 triliun," ucapnya.
Sarwono menuturkan, untuk menekan penggunaan subsidi di tengah pelemahan Rupiah dan kenaikan harga minyak dunia, PLN gencar melakukan efisiensi seperti melakukan zonasi pengadaan energi primer dan menekan biaya operasional. "Kalau misalkan contoh batubara zona transportasinya kita buat paling efisienkan menghemat juga. Misal pembangkit di Sumatera dan Jawa ngambilnya di mana," tandasnya.
Untuk saat ini, alokasi subsidi listrik yang ditetapkan dalam APBN 2018 dinilai masih bisa menomboki tagihan pembayaran listrik untuk golongan 450 volt amper (va) dan 900va bersubsidi.
"Ok nggak ada masalah. Masih kan belum dibayar semua justru kan," kata Sarwono.
Menurut Sarwono, melemahnya Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan kenaikan harga minyak berpengaruh pada pembentukan tarif listrik, namun PLN mampu meredam kenaikan tersebut dengan melakukan efisiensi.
Dengan efisiensi, PLN mampu menekan subsidi listrik tahun lalu, dari alokasi subsidi listri Rp 52 triliun, realisasi penggunaannya mencapai Rp 45 triliun. PLN pun saat ini belum bisa menyimpulkan subsidi listrik tidak cukup sampai akhir tahun. Pasalnya, harus menunggu audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terlebih dahulu.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PLN mengonfirmasi bahwa kondisi pasokan listrik hari ini di Tarakan memang defisit lantaran beban puncak berada di atas daya pasok.
Baca SelengkapnyaTagihan itu muncul usai meteran listrik dirumahnya harus diganti dengan yang baru.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM mencatat, realisasi subsidi listrik di 2023 mencapai Rp64,02 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.
Baca Selengkapnyakenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaPLN pernah menghadapi tantangan stok batubara yang kurang dari 5 Hari Operasi Pembangkit (HOP) pada Desember 2021 lalu.
Baca SelengkapnyaPemerintah masih punya cukup anggaran sisa dari tahun sebelumnya untuk membiayai negara, di luar harus mendongkrak PPN.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaJokowi berharap gaji PNS dapat meningkatkan kinerja serta akselerasi transformasi ekonomi dan pembangunan nasional.
Baca Selengkapnya