Perang Dagang Bikin Emas Makin Diburu Investor
Merdeka.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membuat gejolak ekonomi global tidak memberikan banyak pilihan kepada para investor dalam menanamkan investasi.
Untuk itu, para investor semakin memburu emas sebagai target investasi yang aman. Sebab, investasi emas memiliki risiko yang paling kecil ketika banyak ketidakpastian di pasar global.
"Emas masih dianggap investasi yang aman oleh para investor," kata Destry di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (28/8).
Sebelumnya, harga emas melonjak 2 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Kenaikan ini didorong penafsiran investor terhadap pidato Gubernur The Federal Reserve (The Fed) AS Jerome Powell yang dianggap condong ke arah sikap kebijakan moneter yang dovish.
Selain itu, lonjakan ini juga sebagai dampak dari komentar terakhir Presiden AS Donald Trump yang dinilai memperburuk ketegangan perdagangan dengan China.
Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 2 persen menjadi USD 1.528,53 per ounce. Harga sebelumnya naik menjadi USD 1.528,50, tertinggi sejak 13 Agustus, ketika telah mencapai puncak tertinggi dalam enam tahun terakhir di level USD 1.534,31.
Sementara harga emas berjangka AS juga naik 2 persen menjadi USD 1.538,6.
"Fakta bahwa dia (Powell) mengatakan bahwa mereka (The Fed) akan bertindak tepat untuk mempertahankan ekspansi cukup bullish untuk emas. Dua alat utama yang mereka miliki adalah pelonggaran kuantitatif (QE) atau tingkat yang lebih rendah. Kedua alat itu akan menyebabkan harga emas naik lebih tinggi," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
"Langkah pagi ini adalah lebih banyak orang membeli emas hanya dengan harapan bahwa suku bunga akan lebih rendah pada akhir tahun," lanjut dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaKontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.
Baca SelengkapnyaJokowi menyoroti pentingnya kolaborasi sektor bisnis untuk mewujudkan visi bersama kedua negara.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya