Penumpang MRT Tembus 100.000 Orang per Hari
Merdeka.com - Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri mengatakan bahwa minat masyarakat yang menggunakan Moda Raya Transportasi (MRT) sejauh ini sudah cukup tinggi. Hal ini terbukti sejak dioperasikan pada Maret lalu, jumlah penumpang MRT tembus mencapai 100.000 orang per hari.
"Kurang dari 8 bulan penumpang cukup banyak sudah 100.000 penumpang pe rhari di hari-hari tertentu," katanya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (5/12)
Untuk fase pertama, MRT beroprasi melayani penumpang dari Stasiun Lebak Bulus menuju Bunderan Hotel Indonesia dan sebaliknya. Kereta modern ini mampu mengantar penumpang dalam waktu 30 menit. Adapun sekali angkut, MRT dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang.
Dia mengaku optimis, pertumbuhan penumpang pada MRT bisa meningkat dua kali lipat apabila fase dua beroprasi. Adapun fase dua ini merupakan perpanjangan dari Stasiun Bunderan Hotel Indonesia menuju Stasiun Kota.
"Tentu ini akan lebih tinggi kalau kita perpanjang ke kota. Kita harapkan jumlah penumpang bisa tinggi di atas 200 ribu penumpang per hari," tandasnya.
MRT Bayar Listrik Rp12 Miliar Sebulan
PT MRT Jakarta mengeluarkan anggaran sekitar Rp12 miliar per bulan untuk membayar tagihan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pembayaran ini dilakukan untuk menjamin pelayanan serta operasional tak terganggu.
"Beban kita untuk listrik cukup tinggi karena sebulan sekitar Rp12 miliar," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi MRT Jakarta, Tuhiyat dikutip dari Antara, Selasa (19/11).
Tuhiyat mengatakan, pihaknya telah meneken kontrak dengan PLN untuk penyediaan listrik tingkat silver class atau diprioritaskan dibanding layanan untuk area komersial lainnya.
"Kontrak kita dengan PLN kalau di UU BUMN itu beda, murah, ini enggak. Justru lebih mahal dari commercial biasa karena kita priority, yang lain mati (listrik) kita enggak, kecuali blackout (mati listrik total) seperti kemarin," katanya.
Dia mengatakan ketersediaan listrik di MRT Jakarta ditopang oleh dua gardu PLN. "Meskipun mati, kita hidupnya lebih cepat lima jam setelahnya, yang lain baru besoknya," ujarnya.
Beban Biaya MRT
Tuhiyat menuturkan selain listrik (10 persen), komponen beban terbesar di antaranya yang pertama adalah penyusutan aset (42 persen), kemudian gaji dan tunjangan karyawan (22 persen), upah pegawai kontrak atau outsourching (11 persen), jasa konsultan dan asuransi (tiga persen), sewa kantor dan kendaraan (dua persen) dan pelatihan dan pengembangan (satu persen).
Sebelumnya, Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Effendi mengaku masih mempertimbangkan untuk membangun genset demi menopang pengoperasian kereta Ratangga MRT karena pihaknya telah berkontrak penyediaan listrik premium dengan PLN.
Selain itu, mati listrik total terjadi hanya dalam jangka waktu yang lama, sehingga dikhawatirkan genset tersebut justru akan menganggur sementara investasinya cukup tinggi.
"Listrik PLN ini matinya sembilan tahun sekali, di 2009 dan berapa tahun belakangan, bayangkan kalau bangun genset dan enggak dipakai-pakai sampai berapa tahun," ujarnya.
Pasokan listrik MRT Jakarta bersumber dari dua subsistem 150kV PLN yang berbeda, yaitu Subsistem Gandul Muara Karang melalui Gardu Induk PLN Pondok Indah dan Subsistem Cawang-Bekasi melalui Gardu Induk PLN CSW.
Adapun, genset yang dimiliki MRT Jakarta saat ini adalah untuk pasokan listrik untuk kebutuhan keselamatan dan evakuasi di fasilitas stasiun dan di terowongan, bukan untuk pengoperasian kereta.
Kapasitas tenaga listrik cadangan (back up power) MRT Jakarta tersebut dinilai sudah cukup dan berfungsi dengan baik pada saat pasokan listrik terputus, karena itu pada saat listrik terputus, evakuasi dapat dilakukan dengan aman.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
MRT Jakarta pertama kali beroperasi melayani masyarakat pada 24 Maret 2019.
Baca SelengkapnyaBPS DKI Jakarta mencatat penumpang TransJakarta mencapai 30,93 juta orang di Januari 2024
Baca SelengkapnyaStasiun Dukuh Atas, Stasiun Harjamukti dan Stasiun Bekasi Barat menjadi stasiun yang paling banyak melayani pengguna.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penambahan perjalanan ini bertujuan untuk meningkatkan layanan terhadap para pengguna.
Baca SelengkapnyaSelain air minum, pengguna juga boleh mengonsumsi buah kurma.
Baca SelengkapnyaMulai dari tas, perangkat elektronik, uang tunai uang elektronik, hingga aksesoris pribadi.
Baca Selengkapnya"Biasanya dadah-dadahin anak kecil di peron, sekarang ke anak sendiri," tulis perempuan ini.
Baca SelengkapnyaSaat ini pembangunan MRT fase 2A sudah mencapai 28,4 persen.
Baca SelengkapnyaLantas, dimana sebenarnya letak dari rute penerbangan unik tersebut?
Baca Selengkapnya