Penjualan mobil terus turun, tahun ini cuma 1 juta

Merdeka.com - Penjualan mobil tahun ini diperkirakan menurun. Penurunan tersebut disebabkan tingginya suku bunga bank dan tertekannya nilai tukar Rupiah serta ketatnya likuiditas.

Bahkan, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jonny Darmawan mengatakan penjualan mobil tahun ini hanya sebanyak satu juta unit. Jumlah itu lebih rendah dibanding tahun lalu sebanyak 1.208.019 unit.

Namun, Jonny optimis industri otomotif mampu kembali pulih dalam satu hingga dua tahun mendatang, seiring dengan selesainya proyek infrastruktur jalan yang tengah digenjot pemerintah.

"Saya melihat jangka pendek setahun-dua tahun sudah pulih. Kenapa aku bilang begitu? Saat ini belanja APBN baru 18 persen sampai semester pertama. Itu kan kalau dibangun infrastruktur bisa mendorong transportasi. Mudah-mudahan ini akan men-trigger," ujar dia Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (23/7).

Jonny menegaskan pengetatan likuiditas oleh Bank Indonesia (BI) melalui penerbitan aturan loan to value (LTV) serta funding to value (FTV) telah menurunkan demand industri otomotif. Aturan tersebut sangat dirasakan kalangan industri otomotif.

Penyebab lainnya adalah suku bunga BI di level 7,5 persen. Namun, banyak perbankan yang belum menerapkan suku bunga tersebut lantaran resiko kredit macet bertambah akibat ekonomi lesu.

"Problem nilai tukar saat ini Rp 13.000 per dollar AS. Sedangkan kita daya belinya kurang. Karena komoditinya enggak ada, jadi kalau nilai tukar meningkat, harga pasti (tinggi). Kalau daya beli drop, harga naik, apa yang terjadi? Penjualan mobil akan berkurang," jelas dia.

Selain itu, Jonny menambahkan otomotif merupakan kebutuhan sekunder. Dengan begitu, masyarakat lebih memilih untuk menutupi kebutuhan primernya ketimbang membeli mobil.

"Masalah pajak, masalah LTV sebentar naik, sebentar dikurangi. Karena otomotif kebutuhan sekunder, pasti yang pertama kali dikurangi yang pertama, orang akan mengutamakan makan dan minum," pungkas dia.