Pengembangan kapasitas bandara terhambat lahan
Merdeka.com - Jumlah penumpang yang terus meningkat rata rata 4 juta pertahun dan pendapatan yang tinggi dari pengelolaan bandara, belum membuat kalangan swasta tertarik menjadi operator bandara secara penuh. Selama ini, pengelolaan bandara hanya dilakukan PT Angkasa Pura 1 dan 2. Pengusaha menilai masalah pembebasan lahan menjadi salah satu penyebab minimnya swasta melirik bisnis bandara walaupun kapasitas bandara saat ini butuh pengembangan.
Misalnya, pendapatan Bandara Soekarno Hatta tahun 2011 mencapai Rp 1,803 triliun dari total perolehan pendapatan PT Angkasa Pura II sepanjang 2011 sebesar yang mencapai Rp 3,489 triliun. Atau, sekitar 60 persen dari seluruh pendapatan BUMN tersebut dihasilkan dari bandara yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Jakarta.
Bahkan pertumbuhan penumpang per tahunnya yang diperkirakan mencapai 4,5 sampai 7 persen, adalah nilai yang menggiurkan bagi swasta untuk terjun ke bisnis pengelolaan bandara. Namun, dari pengalaman swasta yang sudah berkomitmen menjadi pengelola bandara harus gigit jari karena lahan yang sulit didapat.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia Bidang Investasi, Perhubungan, Informatika, dan Telekomunikasi Chris Kanter mengatakan perkembangan bisnis bandara tergantung dari pelayanan jasa operator dalam memberikan layanan pada penumpang. "Saya tidak melihat adanya dikotomi pengelolaan oleh pihak swasta atau BUMN. Yang jelas pembangunan bandara harus nyaman bagi pengguna jasa," ujarnya.
Dia mengatakan pengelolaan bandara oleh perusahaan pelat merah pemerintah sudah cukup bagus. Namun, yang harus dilakukan adalah membangun lebih banyak terminal-terminal untuk meningkatkan pelayanan pada penumpang. Salah satunya seperti di Bandara Cengkareng. "Bila swasta membangun bandara, terhambat pembebasan lahan. Hal ini terjadi saat kesepahaman untuk pembangunan bandara Ngurah Rai, Bali," ujarnya.
Chris mengatakan dalam pembangunan bandara, swasta akan sangat selektif dalam memilih, apakah menguntungkan atau tidaknya suatu lokasi bandara dengan melihat pada permintaan pasar. Jika di tempat yang potensi aliran penumpangnya tinggi tentu akan menguntungkan. Seperti misalnya di Jakarta, Soekarno-Hatta itu jelas menguntungkan.
"Tergantung flow penumpang, demand yang banyak di mana. Misalnya di Jakarta, Bali, Surabaya, Makassar. Kalau di lokasi-lokasi terpencil tentu tidak akan menguntungkan," ujarnya. Selama ini, yang dikeluhkan pengusaha adalah pembebasan lahan yang sulit untuk investasi.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari total penumpang di tahun 2023, terdiri atas 9.918.236 penumpang domestik dan 11.533.185 penumpang internasional.
Baca SelengkapnyaSelama ini bandara internasional hanya melayani penerbangan internasional ke beberapa negara tertentu saja dan bukan merupakan penerbangan jarak jauh.
Baca Selengkapnya, jadi kita kaji pembangunan bandara di Buleleng, agar muncul titik pertumbuhan ekonomi baru." ujar Gibran
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
APJAPI meminta kepada segenap pengelola bandara untuk menyediakan saluran pengaduan penumpang
Baca SelengkapnyaBandara IKN punya luas terminal 7.350 m2 dan luas area bandara 347 ha.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan survei, 55 persen dari penumpang KCIC diketahui menggunakan layanan ini untuk berwisata.
Baca SelengkapnyaVolume lalu lintas meningkat 3,4 persen dengan total 1.187.490 kendaraan jika dibandingkan dengan periode Lebaran 2023.
Baca SelengkapnyaBandara ini memiliki luas hampir 300 mil persegi atau luasnya seperti Ibu Kota DKI Jakarta sebesar 255,4 mill persegi.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.
Baca Selengkapnya