Pengamat Bantah Tiket Pesawat Mahal Biang Kerok Pariwisata Lesu
Merdeka.com - Mahalnya tiket pesawat dituding sebagai dalang lesunya sektor pariwisata di Tanah Air. Jumlah wisatawan dan okupansi atau tingkat hunian hotel yang menurun dianggap sebagai dampak mahalnya tarif transportasi udara.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menilai menurunnya kinerja sektor pariwisata tidak sepenuhnya menjadi kesalahan maskapai yang menaikkan harga tiketnya. Ada hal lain yang juga turut mendorong anjloknya jumlah wisatawan dan okupansi hotel.
"Hotel mengeluh, turis mengeluh. Itu karena tidak bisa mengurusnya. Kita sudah 5.0, mereka masih 1.0. Kenapa pariwisata kurang? Ya itu karena Menteri Pariwisata tidak bisa mengurus sektor pariwisata kan. Jangan salahkan airline," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/6).
Dia menyebutkan saat ini kemajuan teknologi kian pesat. Hotel atau penginapan harus mengikutinya, sebab, masyarakat zaman sekarang lebih senang memesan hotel dengan cara praktis melalui aplikasi online travel agent (OTA).
Menurutnya, pengelola hotel masih banyak yang ketinggalan zaman. Di saat mayoritas turis memesan hotel dan penginapan melalui OTA, mereka masih menjalankan bisnisnya secara manual. Sementara, jumlah hotel itu sendiri semakin banyak.
Selain itu, dia mengungkapkan masih banyak infrastruktur penunjang pariwisata yang belum menunjang sehingga harus dilakukan perbaikan. Misalnya jalan untuk masuk menuju lokasi wisata.
Dalam kesempatan serupa, Pengamat Penerbangan, Chappy Hakim mengatakan lesunya industri pariwisata saat ini memang berkaitan dengan mahalnya tiket pesawat. Namun, andilnya tidak besar.
"Ada hubungannya tapi tidak bisa dikatakan hubungannya menjadi gara-gara turunnya jumlah penumpang bikin inflasi naik dan hotel turun," ujarnya.
Jika pariwisata menurun, disarankan agar mencari strategi lain untuk menggaet wisatawan. Kenaikan tarif tiket pesawat tidak dapat dihindari karena baik avtur maupun biaya operasi lainnya yang juga terus naik. Sehingga, maskapai harus melakukan penyesuaian harga tiket agar tetap bisa beroperasi.
"Dilihat lagi tiket mahal itu karena dia berhadapan dengan harga avtur naik yang relatif bersamaan dengan kurs dolar AS yang naik. Bukan semata karena turunnya jumlah penumpang yang gunakan pesawat," ujarnya.
Kedua hal tersebut membuat maskapai mau tidak mau menaikkan tarif tiketnya agar tidak bangkrut. Oleh karenanya, seharusnya turis bisa menyesuaikan diri dengan menggunakan moda transportasi lain yang tarifnya lebih terjangkau.
"Karena tiket pesawat kan mahal tapi mahalnya buat bayar kecepatan, kalau ke Bandung pakai jalur darat membutuhkan waktu 6 jam untuk sampai, kalau pesawat jadi setengah jam," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menhub sepakat jika harga tiket angkutan udara wajib terus dipantau agar tidak melebihi ketentuan Tarif Batas Atas (TBA) yang ditetapkan Kemenhub.
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, ada empat faktor utama yang membuat batas tarif pesawat melonjak.
Baca SelengkapnyaHarga tiket pesawat tujuan Singapura Malaysia dan Thailand lebih ramah di kantong dibandingkan tujuan wisata domestik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Biasanya sejumlah maskapai penerbangan menyediakan harga tiket yang lebih murah di hari Jumat.
Baca SelengkapnyaRencana pungutan iuran melalui tiket pesawat tersebut masih dalam proses kajian.
Baca SelengkapnyaHarga tiket pesawat bisa turun seiring dengan semakin dekatnya tanggal keberangkatan.
Baca SelengkapnyaJarang Orang Tahu, Ini Tips Beli Tiket Pesawat Bisa Hemat hingga 25 Persen
Baca SelengkapnyaPemkab Paser Fokus Kembangkan Wisata Air Terjun Lempesu
Baca SelengkapnyaMenurut Sandiaga, untuk menurunkan harga tiket pesawat, dibutuhkan tambahan 700 pesawat.
Baca Selengkapnya