Pemerintah satukan sikap hadapi WTO
Merdeka.com - Menteri-menteri bidang perekonomian berkumpul membahas posisi dan sikap Indonesia dalam menghadapi Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Perhelatan itu digelar di Bali, 3-6 Desember mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, selain membahas persiapan sebagai tuan rumah, isu yang akan diperjuangkan pemerintah juga dibahas. Sejauh ini, negara maju dan berkembang sering tak sepakat mengenai perjanjian bidang pertanian.
"Pertama penyelenggaraannya sendiri harus sukses. Substasninya juga harus sukses, banyak sekali substansi yang dibahas di situ, dan umumnya yang alot itu adalah pertanian," ujarnya di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (26/11).
Selain itu, Indonesia siap meneruskan kesepakatan para pemimpin kerja sama Asia Pasifik (APEC). Diharapkan, hasil KTT dua bulan lalu dapat diimplementasikan menjadi keputusan WTO.
"Semua leaders APEC mengatakan pentingnya kita bahas perdagangan kita ini, dalam konteks multilateral. Ya kalau dalam konteks multilateral berarti ya WTO itu," kata Hatta.
Beberapa agenda perdagangan Indonesia di WTO adalah pemberian paket liberalisasi yang lebih adil buat negara miskin, khususnya soal quota free duty free (QFDF).
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO tahun 2005 di Hong Kong, peserta pertemuan sepakat mewajibkan negara maju untuk memberikan fasilitas DFQF mulai tahun 2008 bagi sedikitnya 97 persen produk ekspor negara miskin. Faktanya, beberapa negara maju masih mengakali aturan itu berdasarkan total pos tarif, alias tidak berdasarkan setiap negara miskin yang bermitra dengan mereka.
Tahun lalu, India memberlakukan DFQF sebesar 85 persen dari total pos tarifnya, China sebesar 60 persen, Korea Selatan sebesar 95 persen ,dan Taiwan sebesar 32 persen.
Dalam rapat persiapan WTO hari ini, hadir pula Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, serta Menteri Pertanian Suswono.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaSalah satu aturan tersebut memberikan kewenangan kepada Bea Cukai untuk melakukan penataan kembali kebijakan impor dengan menggeser pengawasan impor
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sudah ada beberapa Pemda menyampaikan niat untuk memberikan insentif. Tetapi pihaknya masih menunggu aturannya terbit secara resmi.
Baca SelengkapnyaBarang yang diimpor mendapatkan penangguhan bea masuk
Baca SelengkapnyaPemerintah ingin memastikan agar masyarakat tidak melakukan hal ini setibanya pulang dari luar negeri dengan barang impor.
Baca SelengkapnyaCawapres Cak Imin, Gibran dan Mahfud MD asyik tertawa dan berpelukan meski para capres sedang debat panas.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut tiga bidang kerja sama yang akan diperkuat oleh kedua negara.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk mengembangkan dan mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaTujuan aturan ini untuk memudahkan pelaku usaha dalam mendukung peningkatan daya saing ekonomi.
Baca Selengkapnya