Pakar Psikologi Keuangan: Orang dengan IQ Tinggi Kerap Buat Keputusan Buruk

Merdeka.com - Orang pintar membuat keputusan yang tidak terlalu pintar sepanjang waktu. Bahkan Warren Buffett, pria yang dikenal luas sebagai "Oracle of Omaha," telah lama mengatakan bahwa IQ bukanlah faktor penentu tunggal untuk hasil yang sukses.

Profesor pengembangan manusia di University of Toronto, Keith Stanovich telah mempelajari psikologi penalaran selama lebih dari satu dekade. Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa tes IQ bagus untuk mengukur kemampuan mental seperti logika, penalaran abstrak dan kapasitas memori. Tetapi tes tidak dapat diandalkan ketika seseorang ingin membuat keputusan dalam situasi kehidupan nyata.

"Sebagai mitra di sebuah perusahaan modal ventura yang telah menghabiskan sebagian besar karirnya mempelajari dan menulis tentang keuangan, saya telah menyaksikan beberapa contoh di mana kecerdasan tinggi mencegah orang membuat keputusan yang lebih baik," kata Stanovich dilansir CNBC Make It.

Berikut 2 hal yang bisa Anda lakukan untuk mengambil keputusan, apapun skor IQ Anda.

Kecerdasan meningkatkan kemampuan untuk menipu diri sendiri

Mereka yang memiliki skor IQ tinggi tidak selalu menjadi pembelajar yang cepat, karena mereka sering mencoba menjejalkan dunia nyata ke dalam teori-teori yang telah mereka ajarkan. Mereka cenderung menilai orang lain hanya berdasarkan tindakan mereka, tetapi ketika menilai diri sendiri, mereka memiliki dialog internal yang membenarkan kesalahan dan keputusan buruk.

Untuk itu, jangan merasa diri Anda lebih baik dari orang lain. Sebab, Anda selalu mencari pembenaran atas apa yang Anda lakukan, meski hal itu salah.

Selain itu, ketika Anda diberkati dengan kecerdasan, Anda juga dikutuk dengan kemampuan untuk menggunakannya untuk membuat cerita yang rumit, tentang mengapa sesuatu terjadi. Terutama cerita yang membenarkan mengapa Anda melakukan kesalahan.

Kecerdasan mendorong Anda untuk berpikir masalah kompleks butuh solusi kompleks

Beberapa masalah yang paling rumit memerlukan solusi paling sederhana. Sayangnya, orang-orang cerdas terkadang berpikir masalah kompleks membutuhkan solusi yang kompleks juga.

Dalam film dokumenter Ken Burns 2015 “Cancer: The Emperor of All Maladies,” Robert Weinberg, seorang peneliti kanker yang cemerlang di MIT, dengan sempurna menjelaskan mengapa orang-orang yang sangat cerdas seperti dirinya tidak tertarik pada solusi sederhana, bahkan jika mereka efektif:

“Membujuk seseorang untuk berhenti merokok adalah latihan psikologis. Ini tidak ada hubungannya dengan molekul, gen dan sel. Jadi, orang-orang seperti saya pada dasarnya tidak tertarik dengan hal itu, terlepas dari kenyataan bahwa menghentikan orang dari merokok akan memiliki efek yang jauh lebih besar pada kematian akibat kanker daripada apa pun yang bisa saya harapkan dalam hidup saya sendiri.”

Terlebih lagi, bahkan ketika suatu masalah memang membutuhkan solusi yang kompleks, kemampuan untuk mengomunikasikannya secara sederhana sangat diperlukan. Agar orang bisa mengerti apa yang Anda maksud.