Negara terbaik untuk rintis bisnis, Indonesia peringkat 12
Merdeka.com - Relatif rendahnya ongkos dan singkatnya prosedur perizinan membuat negara di Asia jadi ladang subur untuk merintis usaha.
Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2014, lebih dari seperempat jumlah registrasi bisnis baru terjadi di Asia Timur dan Pasifik.
Secara global, the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melaporkan bahwa terjadi peningkatan tren pembukaan usaha baru. Meskipun belum setinggi tren pra-krisis finansial.
Terkait itu, BAV Consulting dan Wharton School of the University of Pennsylvania membuat studi terkait negara terbaik untuk merintis bisnis 2016. Survei dilakukan terhadap 4 ribu pemimpin perusahaan tersebar di empat regional.
Indikator penilaian antara lain, keterjangkauan (affordable), birokrasi, ongkos produksi, tingkat koneksi internasional, dan kemudahan akses permodalan.
Berdasarkan itu, Indonesia menduduki peringkat peringkat 12. Di bawah Vietnam berada di posisi sebelas dan Singapura 10.
Seperti termuat dalam situs usnews.com, kemarin, lima negara terbaik untuk memulai bisnis adalah sebagai berikut:
1. Thailand
Kata Bank Dunia, merintis bisnis di Negeri Gajah Putih itu cukup butuh 28 haru dengan ongkos 6,4 persen pendapatan per kapita.Â
Populasi usaha rintisan di Thailand termasuk paling rendah di Asia Tenggara. Sehingga peluang bagi calon wirausaha masih terbuka lebar.
Meskipun menjadi negara paling terjangkau kedua di dunia bagi pebisnis. Namun, perusahaan asing harus tunduk pada Foreign Business Act.
Dimana, pemerintah Thailand membatasi investor asing masuk pada sejumlah sektor vital. Seperti, pabrik beras dan turisme.
2. Malaysia
Memulai bisnis di negeri jiran tersebut hanya butuh 4 hari dengan biaya 6,7 persen dari pendapatan per kapita. Dokumen persyaratan bisa dilengkapi secara online melalui situs resmi komisi perusahaan Malaysia.
Hampir sebanyak 50 ribu perusahaan rintisan merasa diuntungkan dengan terobosan yang sudah dilakukan sejak 2014.
3. Filipina
Merintis bisnis di Filipina butuh 29 hari dan ongkosnya sekitar 16,1 persen pendapatan per kapita.
Meskipun lebih mahal dan lama ketimbang negara dalam satu kawasan, namun 16 prosedur independen mengharuskan calon pebisnis berhubungan hanya dengan sedikitnya 6 agensi pemerintah Filipina.
Berdasarkan Philippine Business Registry, pada 2015, lebih dari 75 persen dari 320 ribu usaha didaftarkan secara manual ketimbang online.
4. Kanada
Memulai bisnis di Kanada membutuhkan waktu tak lebih dari 2 hari memakan biaya kurang dari 1 persen pendapatan per kapita.
Lingkungan wirausaha dinilai stabil. Berdasarkan Entrepeneurship Indicators Database dikeluarkan pemerintah Kanada, 75 persen usaha pemula bertahan minimal dua tahun.
Kanada menawarkan Start-up Visa dan Self-Employed Person Program bagi orang asing ingin membangun bisnis di negara tersebut.
5. China
Menurut Bank Dunia, memulai bisnis di China membutuhkan 30 hari untuk mengurus perizinan. Biaya dihabiskan tak kurang dari satu persen pemasukan rata-rata warga China.
Dalam pengajuan izin, calon wirausaha juga harus membuat rencana rekrutmen tenaga kerja. Itu diajukan kepada otoritas layanan kerja di wilayah setempat untuk mendapatkan persetujuan untuk kemudian dipublikasikan.
Dua kali dalam satu dekade, komisi reformasi dan pembangunan China merilis rencana lima tahunan memuat sasaran pembangunan ekonomi. Ini bisa menjadi panduan bagi entrepeneur untuk memulai bisnis.
Untuk lima tahun ke depan, 2016-2020, pemerintah China fokus pada inovasi, khususnya di sektor teknologi dan ilmu pengetahuan.Â
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaIndonesia menempati posisi ke-6 dalam 100 Destinasi Kuliner Terbaik di Dunia 2023/2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berikut adalah daftar negara dengan polusi udara terparah di dunia.
Baca SelengkapnyaTidak hanya peserta yang baru membawa ide bisnis, namun juga banyak peserta yang telah memiliki bisnis bagus, yang turut bersaing dalam seleksi ini.
Baca SelengkapnyaLaporan Global Finance Magazine mencatat negara ini sebagai negara paling miskin di dunia.
Baca SelengkapnyaSekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaBerbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca Selengkapnya