Merdeka.com - PT Pelindo II (Persero) dinilai belum maksimal dalam penggunaan alat berat yang ada. Pasalnya, masih terdapat berbagai alat berat di beberapa daerah yang mangkrak.

Demikian diungkapkan Indonesia Port Watch (IPW) Syaiful Hasan dalam keterangannya. "Masih banyaknya alat-alat berat di pelabuhan yang dikelolanya yang sampai saat ini tidak difungsikan, seperti di Pelabuhan Tanjung Priok, Palembang, Pontianak, Jambi, Teluk Bayur dan Pangkal Batam‎," ujar Syaiful, Minggu (26/7).

‎"Padahal, pembelian alat-alat bongkar muat tersebut harusnya untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan. Sekarang malah banyak menganggur‎," tambah Syaiful.

Tak hanya itu, lanjut Syaiful, pihaknya menilai pengadaan sejumlah alat berat oleh Pelindo menghabiskan biaya tidak sedikit, namun, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kualitasnya.

Beberapa alat berat yang dibeli Pelindo dengan harga tidak murah, seperti Heavy-Duty Machinery (HHMC) seharga lebih dari Rp 300 miliar, 10 Gantry Jib Crane dibeli dari Hunan Machinery Nanjing Engineering (HMNE) seharga lebih dari Rp 200 miliar, 11 RMGC dari pabrikan Hua Dong Heavy Machinery (HDHM) senilai lebih dari Rp 200 miliar dan 3 Fix Crane dari HMNE senilai lebih dari Rp 250 miliar.

"Padahal pabrikan yang sering dipakai untuk standar pelayanan pelabuhan yakni ZPMC di JICT atau KONE di Teluk Lamong," tuturnya.

Dengan tidak efisiennya pengadaan alat berat yang dilakukan, tambah Syaiful, menjadikan Pelindo sebagai perusahaan BUMN berpotensi merugikan negara.

"Dari sisi Pelindo II jelas pembelian alat ini sama sekali tidak efisien. Akibatnya Pelindo II bisa terapkan tarif sepihak penggunaan alat yang membebani pemilik barang sehingga berpengaruh terhadap biaya produksi," tandasnya.