Menteri Jonan blak-blakan soal polemik impor gas dari Singapura
Merdeka.com - Pemerintah berencana melakukan impor LNG dari Singapura dengan skema pertukaran. Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar.
"Itu saya kira pemberitaannya kurang pas," ujarnya, di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (12/9).
Menteri Jonan mengungkapkan, sebenarnya, Singapura menawarkan mini LNG tanker ke Indonesia. Mini tanker ini digunakan untuk memasok kebutuhan LNG di Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang ada di Indonesia bagian Barat.
"Singapura itu nawarkan mini LNG tanker untuk salurkan LNG kita. Untuk digunakan di PLTMG yang ada di kepulauan Indonesia di bagian Barat," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah membuka peluang impor gas alam cair (LNG) dari konsorsium Singapura dengan harga USD 3,8 per MMBTU. Harga tersebut dinilai jauh lebih murah dibandingkan harus mengangkut LNG dari lapangan gas di kawasan Indonesia Timur.
Menko Luhut Panjaitan membantah jika Indonesia mengimpor. Dia mengatakan yang ada ialah rencana pertukaran (swap) antara LNG Singapura dengan LNG milik Indonesia. "Tidak ada impor itu, hanya swap," pungkasnya.
Direktur Pengadaan Strategis I PLN, Nicke Widyawati, mengatakan penandatanganan kerjasama dengan Keppel ialah pembangunan infrastruktur gas. Namun, usai penandatanganan, ditemukan adanya potensi kerjasama lain yakni pertukaran gas antar perusahaan.
Menurutnya, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Pinang lokasinya lebih dekat ke Singapura untuk mendapatkan bahan baku. Lokasi yang lebih dekat membuat harga gas lebih murah. Sementara, Singapura akan mendapat gas penggantinya dari Bontang. "Tapi sedang dilakukan kajian lebih lanjut," tuturnya.
Head of Marketing and Product Development Division PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Adi Munandir mengatakan, pemerintah perlu mengklarifikasi harga gas murah yang disodorkan oleh konsorsium asal Singapura sebesar USD 3,8 per MMBTU tersebut. Jika harga tersebut baru merupakan harga hulu, nantinya untuk sampai ke Indonesia dan dimanfaatkan pelanggan industri harganya bisa lebih mahal dari harga gas domestik.
"Kontrak harga LNG di Amerika Serikat sekitar USD 3 untuk gas hulunya saja. Gas tersebut kemudian butuh proses liquifikasi, pengiriman dengan kapal tanker, regasifikasi, transmisi, dan terakhir didistribusikan ke pelanggan industri di Indonesia. Sampai ke end user harganya bisa lebih dari USD 11 per MMBTU. Bahkan bisa lebih mahal dari harga domestik," ujar Adi.
Adi mengatakan persoalan harga gas industri yang tinggi tidak bisa dicarikan solusi mudah dengan membuka keran impor gas. Sebab, dengan mengimpor gas demi mengejar harga yang murah akan membuat banyak proyek pengembangan lapangan gas di dalam negeri menjadi terhenti.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaIndonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaDua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jumlah realisasi penyaluran gas pada 2024 turun dibandingkan 2022 dan 2023, yang masih mencapai 850 MMSCFD.
Baca SelengkapnyaNegara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaFilipina mampu mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi dengan baik untuk kelistrikan di negaranya.
Baca SelengkapnyaPemberian kompor induksi ini bertujuan untuk mengurangi impor gas LPG.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca Selengkapnya