Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menteri ekonomi sibuk kampanye saat rakyat tercekik harga cabe

Menteri ekonomi sibuk kampanye saat rakyat tercekik harga cabe Hatta Rajasa. ©2014 merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - Awal maret 2014, para menteri di jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang berlatar politikus ramai-ramai mengajukan cuti kampanye sebulan ke depan. Demam kampanye para menteri juga melanda lingkaran menteri-menteri bidang ekonomi. Selepas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengirim surat permohonan ke Sekretariat Negara, diketahui dua menteri lainnya juga berniat cuti.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan dari Partai Demokrat menyatakan telah mengajukan permohonan cuti. Bahkan, dia mengklaim Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi sudah memberi lampu hijau. Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat Demokrat ini yakin cutinya tidak akan mengganggu kinerjanya di pemerintahan. Dia beralasan, hanya absen maksimal dua kali sepekan. 

Tugasnya sebagai menteri mengurusi UKM juga tak bakal terbengkalai. Dia pun menantang wartawan untuk melihat grafik kinerja lembaganya selama masa kampanye di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Selain Syarief Hasan, ada pula Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang setia mendampingi Hatta Rajasa berkampanye ke beberapa daerah di Indonesia. Selain kolega di kabinet, Zulkifli juga rekan Hatta di Partai Amanat Nasional (PAN).

Hatta Rajasa jadi salah satu menteri yang telah mengajukan cuti. Di hadapan wartawan, besan presiden ini berjanji tugas sebagai pejabat kunci untuk mengurusi sektor perekonomian di Indonesia tidak akan terbengkalai meski dia berkampanye keliling nusantara. "Percayalah kalau (pekerjaan) Menko itu nomor satu".

Di saat menteri dan presiden beramai-ramai cuti kampanye, rakyat kecil justru tercekik kenaikan harga bahan pokok cabe rawit. Di beberapa daerah, harga cabe rawit naik hampir 50 persen dari harga semula.

Salah satu pedagang pasar induk Caringin, Jawa Barat, Dadan Sujana mengatakan, harga cabe rawit merah saat ini mencapai Rp 65.000 per Kilogram. Harga di pasar kecil yang langsung menyentuh masyarakat disebut-sebut mencapai Rp 100.000 Kilogram.

"Sekarang naik dari harga Rp 40.000 mencapai Rp 60.000 sampai Rp 65.000 per Kilogram. Kalau di pasar kecil bisa Rp 100.000 per Kilogram," ucap Dadan beberapa waktu lalu.

Dari penuturan Dadan, Kenaikan harga cabe sudah mulai terjadi sejak sepekan lalu. Saat ini belum ada tanda-tanda harga cabe rawit akan kembali turun. Menurutnya, melonjaknya harga cabe rawit terjadi karena langkanya pasokan di pasaran. "Pasokan kurang seminggu ini," tukasnya.

Ketua serikat petani indonesia (SPI) Henri Saragih ikut angkat bicara terkait lonjakan harga cabe rawit. Dia menyindir para menteri yang terlalu sibuk kampanye.

"Saya bukan hanya menyayangkan pemerintah sibuk kampanye sekarang. Tapi lebih disayangkan lagi selama SBY memerintah 10 tahun, gagal menciptakan strategi ketahanan pangan. Kita tidak ada kedaulatan pangan," ujar Henri kepada merdeka.com, semalam.

Dia menuturkan, harga cabe rawit melonjak lantaran stok yang minim. Dia melihat pemerintah tidak melakukan pemetaan pangan secara nasional sebagai langkah antisipasi.

"Saya dan anggota SPI sudah coba tanam 5 hektar cabe rawit di kampar, Riau. Karena tidak ada ketahanan pangan sekarang pasokan tersendat sedikit saja harga langsung naik. Spekulasi dan cabe ditahan sedikit harga langsung melonjak," tegasnya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Tegaskan Kelangkaan Beras Tak Ada Hubungan dengan Bantuan Pangan
Jokowi Tegaskan Kelangkaan Beras Tak Ada Hubungan dengan Bantuan Pangan

Dia mengatakan, bantuan pangan yang diberikan pemerintah ke masyarakat mampu menahan harga beras agar tidak naik.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.

Baca Selengkapnya
Anies Tawarkan Perubahan Ekonomi yang Berorientasi kepada Lapangan Pekerjaan Pada Warga Palembang
Anies Tawarkan Perubahan Ekonomi yang Berorientasi kepada Lapangan Pekerjaan Pada Warga Palembang

Lokasi ini merupakan kampanye yang kedelapan sejak dimulainya Kampanye Akbar, pada 21 Januari 2024.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pembelian Sempat Dibatasi, Bolehkah Kampanye dengan Beras SPHP?
Pembelian Sempat Dibatasi, Bolehkah Kampanye dengan Beras SPHP?

Beras SPHP merupakan beras yang dikelola pemerintah dengan harga ekonomis namun kualitas premium.

Baca Selengkapnya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran
Ternyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran

Kenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun

Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Baca Selengkapnya
Jokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros
Jokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros

Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.

Baca Selengkapnya
Beras Mahal dan Langka, Begini Strategi Bapanas Turunkan Harga
Beras Mahal dan Langka, Begini Strategi Bapanas Turunkan Harga

Kenaikan harga beras saat ini telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya