Menperin Agus Sebut Diskon Tarif Listrik Tak Perlu Regulasi Baru
Merdeka.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan pemberian potongan harga listrik untuk sektor industri dapat dilakukan secepatnya. Eksekusi pemberian diskon tarif listrik pun dinilai tak perlu menerbitkan regulasi tersendiri.
"Enggak perlu lah (regulasi baru), kan susah ada keputusan presiden," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (13/2).
Dia mengatakan, pemotongan tarif listrik yang merupakan salah satu komponen ongkos produksi diharapkan dapat meningkatkan daya saing sektor industri dalam negeri.
"Kan intinya kita ingin supaya industri dalam negeri punya daya saing. Caranya kan kita perlu liat cost production-nya," imbuhnya.
Nantinya, diskon ini diberikan pada jam-jam tertentu untuk industri yang berproduksi 24 jam. Pemberian diskon bakal diberlakukan hanya pada jam-jam tertentu, yakni pukul 22.00-05.00.
"Sebenarnya kami enggak banyak minta, enggak minta harga listrik khusus gitu. Kan industri yang memang punya proses produksi 24 jam, pada jam-jam tertentu kita arahkan untuk dapat diskon," bebernya.
Guna melancarkan kebijakan tersebut, dirinya intens mengadakan rapat bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Dia berharap, kompensasi tersebut bisa diberikan dalam waktu dekat. Sebab, potongan tarif listrik ini masih berkaitan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan harga gas industri menjadi USD 6 per MMBTU pada Maret 2020.
"Secepatnya dong. Ini ada korelasi penurunan harga gas industri. PLN akan menikmati itu, soalnya ada korelasi," tandasnya.
Tarif Listrik Industri jadi Termurah se ASEAN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berjanji akan menurunkan tarif listrik untuk golongan industri besar. Bahkan penurunan ini akan membuat tarif listrik industri Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN.
Sripeni Inten Cahyani yang sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana tugas Direktur Utama PLN mengatakan, PLN diberi target dari pemerintah untuk membuat tarif industri besar Indonesia menjadi yang termurah di Asia Tenggara (ASEAN).
Untuk diketahui, tarif listrik golongan pelanggan industri besar di Indonesia per 19 Oktober 2019 mencapai Rp997 per Kilo Watt hour (KWh), menjadi terendah ke dua setelah Malaysia Rp984 per KWh.
"Tentunya ini nggak main-main, kami enggak bisa hanya menarik angka saat ini. Lebih baik dari negara-negara ASEAN ini sangat tergantung dari asumsi kurs dan sebagainya," kata Inten dalam rapat koordinasi kesiapan PLN melistriki industri smelter, di Kantor Direktorat Jenderal Ketenaga Listrikan, Jakarta, Jumat (20/12).
Menurut Inten, untuk membuat tarif listrik industri besar di Indonesia lebih murah, PLN akan menyiasatinya dengan membangun transmisi untuk mengalirkan listrik dari pembangkit yang biaya pokok produksinya murah ke wilayah yang masih menggunakan listrik dari pembangkit dengan biaya pokok produksi tinggi.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemberian insentif bertujuan meningkatkan hingga mempercepat produksi dan penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPenyesuaian tarif tenaga listrik bagi pelanggan nonsubsidi dilakukan setiap tiga bulan mengacu pada perubahan terhadap realisasi parameter.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dadan mengakui sudah ada perusahaan yang disasar untuk diberikan insentif tersebut.
Baca SelengkapnyaKemenhub telah mensosialisasikan aturan harga batas atas ke seluruh operator jasa angkutan umum.
Baca SelengkapnyaAinul mengatakan akibat pemakaian listrik ilegal, dalam kurun tiga tahun terakhir terjadi peningkatan kerugian negara.
Baca SelengkapnyaPelaku usaha mendesak Kementerian Keuangan menunda pelaksanaan pengenaan pajak rokok untuk rokok elektrik.
Baca SelengkapnyaDarmawan memastikan kesiapan PLN untuk menghadirkan listrik yang tetap andal dan terjangkau demi menjaga daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDia mendorong perusda merespon transformasi itu untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik.
Baca Selengkapnya