Menko Darmin sebut dampak pelemahan Rupiah pada industri nasional belum besar
Merdeka.com - Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir berdampak pada industri dalam negeri. Meski demikian, dampaknya belum cukup besar.
"Begini, kalau soal itu pertanyaannya. Dampaknya pasti ada. Tapi coba lihat inflasi. Apa imported inflationnya sudah besar? Belum," ujar Menko Darmin di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (5/10).
Menko Darmin mengatakan, ketergantungan Indonesia terhadap impor sekitar 30 persen. Dengan adanya pelemahan Rupiah, kenaikan harga belum cukup besar. Hal tersebut, bisa dilihat dari core inflation yang disumbang oleh imported inflation masih terjaga di sekitar angka 2 persen.
"Kalau kamu lihat core inflation, yang imported kan ada di dalam situ. Year to date masih sekitar 2 koma sekian persen. Jadi ada kenaikan tapi tidak banyak. Saya tidak bisa bilang berapa karena harus dihitung dulu dalam core inflation itu sebenarnya berapa persen yang impor," jelasnya.
Mantan direktur jenderal pajak tersebut menambahkan pelemahan nilai tukar yang fluktuatif ini merupakan gemuruh yang hebat. Namun demikian, dampaknya ke sektor rill belum cukup besar.
"Jadi ini sebenarnya, gemuruhnya yang hebat. Sebenarnya dampak riilnya tidak terlalu besar. Ekonomi dunia itu diperkirakan turunnya tidak banyak, tapi ada yang harus dijaga, bukan yang itu. Karena kita terganggu capital flow nya," jelasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaUntuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaTurunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaUntuk mencapai Indonesia emas tahun 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.
Baca Selengkapnya