Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Beda Arti Resesi, Depresi, dan Krisis Ekonomi

Mengenal Beda Arti Resesi, Depresi, dan Krisis Ekonomi Indonesia bersiap hadapi resesi. ©Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi nasional kuartal ketiga tahun ini kembali mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen. Di mana, pada kuartal dua juga terjadi kontraksi sebesar 5,32 persen.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan secara teknikal, kondisi Indonesia saat ini telah memasuki masa resesi ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi nasionalnya mengalami kontraksi selama 2 kuartal berturut-turut.

"Resesi itu kan definisinya pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi," kata Josua saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (5/11).

Josua menjelaskan resesi ekonomi merupakan bagian dari siklus ekonomi. Resesi teknikal ini merupakan suatu kondisi yang memberikan sinyal suatu wilayah memasuki gerbang resesi.

Bila ada suatu negara yang mengalami resesi teknikal, belum tentu negara itu mengalami resesi. Sebab, bisa saja kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut hanya merupakan siklus bisnis jangka pendek.

Namun, jika indikator-indikator ekonomi seperti PDB, inflasi dan pengangguran, belum juga pulih setelah 2 periode tersebut, maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut sudah masuk dalam kondisi resesi.

Resesi ekonomi berlangsung dalam waktu lama bisa disebut depresi ekonomi. Suatu negara mengalami depresi ekonomi jika pertumbuhan ekonominya kontraksi dalam jangka panjang atau lebih dari satu tahun.

"Apabila resesi yang berkepanjangan dan memiliki dampak jangka panjang, krisis tersebut dikatakan sebagai depresi," kata Josua.

Sementara itu, krisis ekonomi dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara. Akibatnya terjadi kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga.

Berbeda dengan resesi ekonomi dan depresi ekonomi, suatu negara disebut mengalami krisis ekonomi jika pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi meskipun hanya satu kuartal. Namun, variabel suatu negara mengalami krisis tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya.

Melainkan ada multidimensi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Josua mengatakan krisis ekonomi biasanya muncul akibat kondisi keuangan global yang terganggu dan memberikan dampak yang signifikan. Semisal nilai tukar mata uang, peningkatan utang negara yang signifikan dan inflasi yang relatif tinggi.

"Jadi kalau krisis ekonomi ini faktornya multidimensi, bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja," kata Josua.

Bagaimana dengan Indonesia?

Kuartal ketiga tahun ini pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen. Menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang terkontraksi 5,23 persen.

Dari data ini, Josua menilai Indonesia memang mengalami kontraksi ekonomi. Hanya saja, data tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi mulai mengalami perbaikan.

Kontraksi pada kuartal kedua 2020 dinilai menjadi fase terdalam kontraksi pertumbuhan ekonomi. Lalu pada kuartal ketiga kontraksi yang terjadi lebih baik dari yakni 3,49 persen.

"Pada Q1 dan Q2 kita mengalami perlambatan lalu dari Q2 dan Q3 ini kembali ke arah perbaikan, tidak turun lagi," kata Josua.

Artinya, lanjut Josua, Indonesia saat ini sudah mulai memasuki tahap pemulihan ekonomi. Ini terjadi akibat berbagai kebijakan pemerintah yang menangani dampak pandemi corona dari sektor perekonomian.

Respon kebijakan pemerintah juga sudah membuahkan hasil. Berbagai stimulus ekonomi yang dirancang mulai membuahkan hasil. Namun, efektivitasnya akan tergantung pada pelaksanaan program.

"Efeknya ini kita lihat seberapa cepat realisasinya," kata dia.

Sehingga, resesi ekonomi yang terjadi saat ini sudah mengarah pada pemulihan ekonomi. Jika tren perbaikan ini terus berlanjut, maka pertumbuhan ekonomi akan kembali membaik dan kembali menjadi positif.

"Jadi resesi kita ini sudah mengarah ke recovery," kata dia.

Indonesia Masih Jauh dari Depresi Ekonomi

Josua menilai arah pergerakan ekonomi Indonesia sudah mulai membaik. Hal ini bisa dilihat dari pergerakan orang yang mulai kembali bergerak seperti semula.

Penyesuaian kebijakan PSBB mendorong pertumbuhan ekonomi memasuki tahap awal untuk pemulihan. Secara kuartal, meski mengalami kontraksi, namun sudah menunjukkan perbaikan.

"Kita sudah ada tahap awal untuk recovery, kalau ini berlanjut negatifnya atau kontraksi akan berkurang dan mengarah ke positif," kata dia.

Untuk itu, Josua menilai Indonesia akan jauh dari fase depresi ekonomi. Sebab pertumbuhan ekonomi sudah memasuki tahap perbaikan.

"Kita tidak sampai depresi karena kebijakan sudah ada dan sudah dilakukan. Sehingga tidak akan membuat krisis ini berkepanjangan," kata dia mengakhiri.

 

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?

Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.

Baca Selengkapnya
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Menteri Erick Klaim Bansos Pangan Sukses Jaga Inflasi Indonesia di Level 2,6 Persen

Menteri Erick Klaim Bansos Pangan Sukses Jaga Inflasi Indonesia di Level 2,6 Persen

Salah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.

Baca Selengkapnya
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Data BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India

Data BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Baca Selengkapnya
Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Anjlok, Jepang Resmi Masuk Resesi

Ekonomi Anjlok, Jepang Resmi Masuk Resesi

Padahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.

Baca Selengkapnya