Mengapa pemerintah Jokowi tak bisa membangun tanpa utang asing?
Merdeka.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, menegaskan kondisi pembiayaan dalam negeri belum mampu mandiri membiayai pembangunan RI. Maka dari itu, pemerintah masih belum bisa lepas dari utang asing.
"Karena dari sektor keuangan dalam negeri itu masih terlalu kecil untuk bisa mendanai negara ini. Perbankan Indonesia itu statusnya hanya 30 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia tidak akan sanggup mendanai kebutuhan dari negeri ini," kata Mirza saat seminar yang diselenggarakan BI bersama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (3/8).
Selain itu, pembiayaan non perbankan seperti asuransi, reksadana dan lain sebagainya, jika digabungkan di pasar modal belum mencukupi. Di mana, hitung-hitungan pemerintah, pembiayaan kasar pembangunan di seluruh Indonesia membutuhkan dana sekitar Rp Rp 5.500 triliun.
Maka agar kepercayaan asing tetap terjaga pada Indonesia, pemerintah perlu membuktikan kemampuan pengelolaan keuangan dengan terus merealisasikan rencana pembangunan. Maka dari itu, Indonesia tetap akan menerima bantuan suntikan dana dari investor asing.
Bank sentral pun, lanjutnya, terus bekerja menjaga kondisi makro Indonesia tetap stabil. "Dari luar negeri itu pada waktu dia membiayai dia selalu melihat kepada rasio-rasio makro Indonesia. Apakah rasio-rasio makro Indonesia masih sehat terus? Kami berdedikasi untuk bagaimana mengelola keseimbangan makro," jelasnya.
Seperti diketahui, untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektivitas daerah, pemerintah saat ini membutuhkan dana sebesar Rp 5.500 triliun. Pemerintah meminta peran aktif sektor swasta dalam pembangunan tersebut sebab pemerintah hanya sanggup menyediakan sebesar 20 persen.
Pada 2017, pemerintah mengalokasikan total belanja infrastruktur secara nasional sebesar Rp 387 triliun dan sebesar Rp 101,4 triliun dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca SelengkapnyaDi Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menteri 'Ujung Tombak' Jokowi Kompak Kenakan Busana Hitam saat Nyoblos, Ada Apa?
Sri Mulyani diandalkan dalam mengurus keuangan negara, Basuki menjadi tumpuan Jokowi dalam pembangunan infrastruktur.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaJepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi, Ternyata Begini Dampaknya ke Ekonomi Dunia
Padahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaKumpulkan Menteri di Istana, Jokowi Minta Jaga Kondisi Jelang Pemilu 2024
Jokowi meminta pembantunya harus teliti menjaga kondisi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap Isi Pembicaraan dengan Presiden Filipina, Termasuk Soal Pertahanan
Jokowi menyebut tiga bidang kerja sama yang akan diperkuat oleh kedua negara.
Baca Selengkapnya