Mendes Abdul Sebut Penyaluran BLT Dana Desa Tak akan 100 Persen, Ini Alasannya
Merdeka.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan, pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa tak akan mungkin tersalurkan 100 persen ke seluruh desa yang ada di Indonesia. Saat ini, penyaluran BLT dana desa mencapai Rp 10,83 triliun atau 98 persen.
Dia menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa proses alokasi bantuan tersebut tidak bisa diimplementasikan ke seluruh desa. Pertama, ada beberapa desa yang secara ekonomi masyarakatnya tergolong sudah mampu.
"Kenapa tidak menggunakan untuk BLT? Karena memang masyarakatnya setelah mendapatkan pendataan tidak cukup layak. Naitu, kita bangga dan bahagia karena sudah sejahtera semua," ujar dia dalam sesi teleconference, Selasa (21/7).
Selanjutnya, ada juga beberapa desa yang memilih untuk bergotong royong mengumpulkan dana bagi keluarga miskin di tempat tersebut ketimbang meminta BLT Dana Desa. "Misalnya di Malang itu ada desa yang warganya tidak mau dana desa digunakan untuk BLT, karena warganya yang kaya itu meng-cover warga/masyarakat yang tidak mampu. Jadi nilai gotong royongnya luar biasa," ungkap dia.
Kemudian, masih terdapat 52 desa yang kini statusnya diblokir oleh Kementerian Dalam Negeri sehingga tidak bisa menerima dana desa. Di antaranya Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara yang perlu ada verifikasi ulang terhadap status desanya.
Abdul Halim meneruskan, saat ini masih ada beberapa desa di 5 kabupaten lagi yang tergolong layak menerima BLT Dana Desa tapi belum mendapatkannya. Sebanyak 4 kabupaten di antaranya terletak di Papua, dan 1 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut dia, kendala utamanya yakni desa-desa di wilayah tersebut secara akses sulit dijamah. Menindaki hal itu, Kementerian Desa dan PDTT akan menyatukan proses penyaluran BLT Dana Desa di satu titik.
"Kendalanya kendala geografis, karena ngambil duit bawa ke desa itu butuh waktu dan biaya yang sangat tinggi. Kalau kemudian harus tiap bulan, maka bisa dibayangkan berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk itu, dan desa juga tidak punya duit. Makanya kemudian kebijakannya adalah menyatukan," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Hasto PDIP, Ganjar mampu menurunkan angka kemiskinan dengan sumber dana yang tidak sebanyak DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaPara penerima berdasarkan data Pemkot Bontang melalui Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos PM).
Baca SelengkapnyaAnggaran tersebut mencakup kucuran bansos hingga Juni 2024. Namun, Kemenkeu akan melakukan tinjauan setelah tiga bulan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaAksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.
Baca SelengkapnyaPemerintah memprediksi arus mudik tahun 2024 bakal melonjak hingga 50 persen dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak Maret-Desember 2023, Bulog sudah mendistribusikan 1,4 juta ton bantuan pangan beras kepada keluarga miskin.
Baca Selengkapnya