Laba Bukit Asam Tembus Rp3,1 Triliun Hingga Kuartal III-2019
Merdeka.com - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama atau kuartal III-2019. Hal itu didukung oleh kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata pada batu bara.
Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan, penjualan batu bara hingga September 2019 mengalami kenaikan menjadi 20,6 juta ton atau naik 10,7 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan penjualan ini ditopang oleh kenaikan produksi batu bara menjadi 21,6 juta ton atau naik 9,6 dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Di samping itu, kapasitas angkutan batu bara juga turut mengalami kenaikan menjadi 17,8 juta ton atau naik 4,7 persen dari periode Januari hingga September 2018.
"Secara garis besar dapat disampaikan bahwa kinerja Bukit Asam sepanjang kuartal III-2019 mengalami peningkatan sebesar 10 persen. Dalam situasi dan kondisi harga komoditi cukup berpengaruh sepanjang 2019," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (28/10).
Dari capaian tersebut Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp16,3 triliun. Jumlah itu ditopang dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 56 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 42 persen dan aktivitas lainnya sebesar 2 persen yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 7,8 persen menjadi Rp775.675 per ton dari Rp841.655 per ton di periode sampai dengan September 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batubara indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) sebesar 25 persen menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar USD 81,3 per ton dari USD 108,3 per ton pada periode yang sama tahun lalu.
Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 yang melemah sebesar 21 persen menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar USD 50,8 per ton dari USD 64,5 per ton pada periode yang sama tahun lalu.
"Dengan upaya efisiensi yang kita jalankan supaya kinerja baik dari sisi keuangan, maka perusahaan masih bisa catat keuntungan laba bersih Rp3,1 triliun dengan EBITA sebesar Rp5,0 Triliun. Angkanya terus terang di bawah capaian 2018 karena harga di luar kontrol kita," jelas dia.
Di sisi lain, aset Perseroan per 30 September 2019 mencapai 25,2 triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 28 persen dan kas setara kas sebesar 17 persen. Kas dan setara kas di luar deposito dengan jangka waktu di atas 3 bulan yang dimiliki Perseroan saat ini sebesar Rp4,2 triliun, turun 33 persen per 31 Desember 2018 sebesar Rp6,30 triliun.
Adapun beban pokok penjualan hingga September 2019 ini tercatat sebesar Rp10,5 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp9,4 triliun. Dengan komposisi dan kenaikan terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan seiring dengan peningkatan produksi dan peningkatan rata-rata stripping ratio sampai dengan September 2019 sebesar 4.6 bcm/ton dari 4.1 bcm/ton pada periode yang sama tahun lalu.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Melalui TEMC, PT Semen Tonasa berhasil menghemat penggunaan energi hingga 4.899 Terajoule (TJ) atau setara dengan 167.228 ton batu bara.
Baca SelengkapnyaDia yakin strategi ini bisa mempermudah kedaulatan pangan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaT Artha Daya Coalindo juga menjalin kerja sama perjanjian jual beli batu bara dengan Glonnex Commodities PTE dari Singapura.
Baca SelengkapnyaUpaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras.
Baca Selengkapnya