Kisah haru Eni, ditinggal mati suami & kini sukses usaha abon ikan
Merdeka.com - Berawal dari kepepet setelah ditinggal mati suami tercinta, Nuraeni (49) berhasil keluar dari tekanan ekonomi demi membesarkan tiga anaknya yang masih kecil-kecil dari usaha pengolahan ikan.
Ibu tiga anak, warga sekaligus ketua RT 3, RW 3, Kelurahan Pattingaloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar ini sempat jatuh bangun mengembangkan usaha pembuatan abon ikan dan beberapa jenis olahan ikan lainnya. Namun, kini bukan hanya mampu hidupi diri dan anak-anaknya, tapi juga orang lain seperti keluarga nelayan yang ada di sekitar kediamannya yang selama ini hidup pas-pasan dan tercekik tengkulak.
"Karena kepepetlah, ada power, muncul kekuatan untuk bangkit. Siapa yang mau hidupi saya dan anak-anak kalau bukan saya sendiri. Di sisi lain, nasib istri-istri nelayan di sekitar saya tidak jauh beda. Sudah dililit utang, anak-anak ada yang putus sekolah, jadi korban kekerasan suami pula. Dari situ saya berpikir untuk mengajak mereka bangkit bersama-sama," tutur Nuraeni yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
Dulu, kata alumni Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin (Unhas) yang akrab disapa Ibu Eni ini, dia hidup enak karena ada suami beri uang tiap bulan yang kala itu bekerja di salah satu perusahaan BUMN. Berada di dalam pusaran zona nyaman membuatnya sama sekali tidak pernah berpikir untuk menggali potensi diri. Tapi setelah ditinggal mati suami, semua kondisi berbalik. Mau tidak mau harus berpikir bagaimana cara melanjutkan hidup.
"Anak bungsu kala itu masih usia satu tahun. Yang sulung enam tahun. Suami meninggal dunia, bingung mau bagaimana. Meskipun kita sarjana tapi kalau baru mau cari kerja, usia sudah terlanjur lewat. Mau memulai, ada anak masih kecil-kecil," Ibu Eni berkisah.
Menurutnya, semua yang dialami di tahun-tahun sulit di 2007 lalu adalah sebuah pembelajaran yang luar biasa. Sebab tekanan kondisi, membuatnya harus berpikir cepat, berpikir kreatif. Dan mulailah saat itu muncul ide untuk mengembangkan usaha olahan ikan karena kebetulan kediamannya dekat dengan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere.
Ibu Eni kemudian menggalang istri-istri nelayan yang hidupnya juga jauh lebih nestapa. Awalnya mereka hanya berlima masing-masing urunan uang Rp 500 ribu, terkumpul Rp 1,5 juta dijadikan modal awal. Produk pertama yang diproduksi adalah abon ikan tuna. Kelompok ibu-ibu ini diberi nama Usaha Kelompok Fatima Az Zahra.
Sengaja memilih usaha olahan ikan karena bahan bakunya mudah diperoleh dari lokasi tempat tinggal. Juga sengaja memilih produk abon ikan tuna karena bisa tahan lama untuk menghindari risiko kerugian yang besar. Abon ikan tuna bisa tahan hingga 6 bulan asalkan tingkat kekeringannya bagus dan tidak terpapar matahari langsung.
Kini, produksi abon mencapai satu ton. Silakan klik selanjutnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaBerbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaBayu mengawali bisnisnya bersama sang istri. Dia sempat 5 kali berganti jenis usaha sampai ke usaha percetakan.
Baca SelengkapnyaSempat hidup di jalanan, kini pria ini mampu bangkit dari keterpurukan dan berhasil membangun usaha sablon.
Baca SelengkapnyaAksi Ria Ricis berenang bersama Hiu Paus menuai banyak apresiasi. Termasuk dari rekan-rekan seleb.
Baca SelengkapnyaSeorang anggota Polisi yang baru saja dilantik menjadi perwira harus merasakan sedih karena sang istri meninggal dunia beberapa minggu sebelum ia dilantik.
Baca SelengkapnyaSuami meninggal dunia di usia pernikahan belum genap 1 bulan. Kisahnya bikin haru.
Baca Selengkapnya