Kebijakan proteksionis Trump bakal turunkan harga komoditas
Merdeka.com - Donald Trump telah resmi menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 setelah dilantik beberapa hari yang lalu. Sama seperti saat kampanye, Trump akan memulai pemerintahannya dengan kebijakan proteksionisnya, yaitu American First.
Pengamat Ekonomi sekaligus Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mengaku khawatir dengan kebijakan Trump karena akan berdampak pada ekonomi global. Mengingat, Amerika akan membatasi perdagangan dengan negara-negara lain, salah satunya China.
"Negara importir terbesar di dunia itu Amerika, Uni Eropa, dan China. Tapi kalau Trump bikin bariers maka impornya juga tidak akan jadi. Artinya ekspor tidak akan bisa kita harapkan. Sehingga (ekonomi) China akan slow down," kata Chatib di Jakarta, Selasa (24/1).
Melemahnya ekonomi China, diperkirakan akan membuat harga komoditas tetap melemah. Tentunya hal ini akan memengaruhi negara-negara berkembang yang menggantungkan perekonomiannya pada ekspor komoditas, termasuk Indonesia.
"Saya punya harapan crude palm oil harganya naik. Kalau naik Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) akan senang karena government revenue itu improve. Karena harga komoditi baik kita tertolong. Tapi kalau China slow down karena Trump, maka harga komoditi tidak akan naik kuat," imbuhnya.
Dengan demikian, peluang pemerintah menaikkan fiskal stimulus menjadi terbatas. "Sehingga harapan satu-satunya dengan private presumption. Sayangnya, private presumption kita itu naiknya tidak signifikan. Sehingga pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,1-5,2 persen di 2016 itu sebenarnya tidak buruk," pungkas Chatib.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China
Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaJokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros
Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.
Baca SelengkapnyaJokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca Selengkapnya