Juni 2016, konsorsium investor China target kuasai saham AC Milan
Merdeka.com - Grup investor China tengah bersiap membeli saham klub sepak bola ternama Italia, AC Milan. Ditargetkan, kesepakatan pembelian klub pemegang titel juara Liga Champion Eropa terbanyak kedua itu tuntas Juni mendatang.
Hal tersebut diungkapkan narasumber mengaku mengetahui persoalan itu. Seperti diberitakan Bloomberg, Sabtu (16/4), narasumber tersebut ingin identitasnya disembunyikan lantaran proses negosiasi jual beli masih bersifat rahasia.
Menurutnya, grup investor China tersebut terdiri dari sejumlah pengusaha bergerak di bidang energi terbarukan dan media. mereka sudah setuju sebagian besar poin penting yang diajukan Silvio Berlusconi selaku pemilik AC Milan dan mengincar kesepakatan saat musim transfer mendatang.
Dia menyebut, konsorsium itu menargetkan kepemilikan 50 persen saham AC Milan. Kemungkinan bisa meningkat hingga 70 persen. Mereka kini tengah menjalankan due diligence dalam hal utang dan kontrak pemain.
Jika pembelian terwujud, maka ini kali kedua investor China menggelontorkan investasi untuk klub sepak bola Eropa dalam enam bulan terakhir. Sebelumnya, konsorsium dipimpin China Media Capital Holding telah membeli saham Manchester City senilai USD 400 juta.
Fininvest SpA, induk perusahaan Berlusconi, dan grup investor China tersebut telah mendiskusikan rencana penguatan skuad Rossoneri. Investasi awal yang disedikan investor China bakal dipakai untuk keperluan tim ketimbang membayar utang.
Maklum saja, klub berusia 116 tahun itu belum mencetak prestasi sebiji pun dalam lima tahun terakhir, baik di liga domestik maupun internasional. Gelar terakhir yang digenggam adalah kampiun Liga Italia 2010-2011.
Di sisi lain, Berlusconi juga telah menjalin komunikasi dengan konlomerat Thailand Bee Taechaubol sejak tahun lalu. Bee, chairman Bangkok-listed Electronics Industry Pcl, tertarik membeli saham AC Milan.
Sayangnya, jumlah modal yang bisa dikumpulkannya masih di bawah harapan. Sebab, perusahaan China Citic Group telah menarik komitmen pendanannya kepada Bee.
Januari lalu, La Gazzetta dello Sport memberitakan bahwa Bee telah menawarkan 480 juta euro atau setara USD 540 juta untuk pembelian 48 persen saham AC Milan.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon Investor Arab Saudi Mau Caplok 20 Persen Saham BSI
Masuknya tambahan modal akan berdampak positif kepada para pemegang saham.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini Alasan Indonesia Impor KRL dari China, Tak Mau Lagi KRL Bekas
Luhut tak banyak berbicara soal isu bahwa impor 3 KRL China ini merupakan jebakan utang dari pengadaan Kereta Cepat Whoosh.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perusahaan Inggris Ciptakan Miniatur Mobil Sport yang Harganya Lebih Mahal dari Mobil Asli
Baru-baru ini, Amalgam memproduksi miniatur mobil sport yang lebih mahal dari harga mobil asli. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaMenteri Bahlil: Ada Investor Asing Masuk IKN Bawa Uang Rp50 Triliun
Pemerintah akan membuka investasi untuk asing di IKN pada tahap kedua.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Alasan KAI Commuter Pilih Impor KRL dari China Dibandingkan dari Jepang dan Korsel
Selain harga, alasan KCI memilih KRL baru impor buatan CCRC Sifang terkait spesifikasi teknis.
Baca SelengkapnyaCerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya
Baca SelengkapnyaMuncul Isu Penyetopan Utang Kereta Cepat Jika Indonesia Tak Beli KRL dari China, KAI Beri Penjelasan Begini
Proses pengadaan impor tiga rangkaian KRL baru asal China tersebut dilakukan sesuai aturan yang berlaku tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Otorita IKN: Target 2024 Rp100 Triliun Investasi
Pemilu 2024 diyakini tidak akan mengganggu investor yang masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnya