Jadi yang Terbesar, Impor Asal China Sepanjang 2019 Capai Rp 610,8 Triliun
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mencatat nilai impor Indonesia secara kumulatif Januari hingga Desember 2019 mencapai USD 170,7 miliar atau turun 9,53 persen dibanding 2018. Adapun dari jumlah tersebut impor terbesar berasal dari China sebesar USD 44,58 miliar atau setara Rp 610,8 triliun.
"Nilai impor Indonesia secara kumulatif Januari hingga Desember 2019 mencapai USD 170,7 miliar," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/1).
Selain dari China, dua negara lain pengimpor barang terbesar ke Indonesia adalah Jepang USD 15,59 miliar dan Thailand USD 9,41 miliar. Sementara, impor nonmigas dari ASEAN USD 0, 29 miliar sementara dari Uni Eropa USD 1,2 miliar.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari-Desember 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing 4,51 persen, 11,07 persen dan 5,13 persen.
Sementara itu, nilai impor Indonesia Desember 2019 mencapai USD 14,50 miliar atau turun 5,47 persen dibanding November 2019. Demikian juga apabila dibandingkan Desember 2018 turun 5,62 persen.
"Impor nonmigas Desember 2019 mencapai USD 12,37 miliar atau turun 6,35 persen dibanding November 2019 dan jika dibandingkan Desember 2018 juga turun 7,28 persen," jelas Suhariyanto.
Impor migas pada Desember 2019 mencapai USD 2,13 miliar atau turun 0,06 persen dibanding November 2019, namun jika dibandingkan Desember 2018 naik 5,33 persen.
"Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2019 dibanding November 2019 adalah golongan kendaraan dan bagiannya sebesar USD 254,7 juta sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar USD 89,1juta," tandasnya.
Puji Barang-barang Asal China, Mendag Enggar Tegaskan Tak Bisa Larang Impor
Kementerian Perdagangan menyatakan tidak akan bisa menahan laju produk impor masuk ke Indonesia. Maka dari itu, hal ini menjadi tantangan produsen dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk agar bisa bersaing.
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mencontohkan barang dari negeri China memiliki kualitas yang baik serta relatif terjangkau. Itu menjadi faktor mengapa produknya mendapat tempat di hati konsumen Indonesia.
"Saya tidak mungkin menghentikan arus barang masuk (ke Indonesia), karena kita sudah menjadi bagian dari perdagangan dunia," katanya saat mengunjungi Kota Bandung, Kamis (30/5).
"Dalam trade war (perang dagang), ada (hal yang terjadi) yakni pelemahan ekonomi dunia, daya beli dunia lalu kedua arus barang masuk," lanjutnya.
Dia mengimbau kepada perusahaan dalam negeri untuk bisa berdaya saing dengan meningkatkan kualitas. Menteri Enggar mengklaim tren positif ini sudah terjadi di Indonesia, meski harus terus didorong.
Salah satu indikatornya, di bidang kuliner, banyak bermunculan kafe yang dimiliki pengusaha lokal ramai dikunjungi konsumen. "Konsumsi domestik harus didorong, tapi harus diisi produk lokal, brand lokal. Saya tidak anti asing, tetapi alangkah baiknya yang lokal berkembang," kata dia.
Pemerintah sendiri siap untuk mendukung perkembangan merek lokal. Terlebih apabila produk-produk yang dihasilkan bisa diekspor ke luar negeri. "Saya pernah bicara dengan mereka, saya bilang sudah ekspor belum. Kalau belum, silakan ekspor. Kesulitannya apa, nanti saya bantu. Karena saya berkepentingan setiap dollar masuk, menambah devisa," ujarnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.
Baca SelengkapnyaUpaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaTurunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaSebanyak 2,7 juta ton yang diimpor berjenis beras patahan.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca Selengkapnya