Ini Penyebab Rupiah Terkapar Hingga Rp14.453 per USD
Merdeka.com - Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah dalam beberapa hari terakhir. Hari ini Rupiah bahkan menyentuh angka Rp14.453 per USD.
Senior Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pelemahan nilai tukar ini disebabkan oleh faktor musiman yaitu pembayaran deviden dan bunga utang luar negeri pada triwulan II.
"Disebabkan pada faktor musiman pembayaran deviden dan bunga utang luar negeri pada triwulan kedua," ujar Andry di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (15/5).
Andry mengatakan selain karena pembayaran deviden dan utang, pelemahan Rupiah juga dipengaruhi oleh peningkatan impor barang konsumsi menjelang Ramadan.
"Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok," kata Andry.
Perang dagang, kata Andry, menyebabkan terjadinya arus modal keluar instrumen investasi safe haven yang ditandai dengan menurunnya IHSG serta meningkatnya imbal hasil SBN bertenor 10 tahun.
"Menurut kami volatilitas nilai tukar tersebut hanya bersifat sementara dan kami memprediksi pada akhir tahun ini nilai tukar Rupiah akan berada pada kisaran Rp14.248 per USD," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca Selengkapnya