Industri tekstil tak khawatir harga BBM naik
Merdeka.com - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi tidak mempengaruhi kinerja operasional perseroan. Pasalnya, perusahaan tekstil yang berpusat di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini mengaku sejak lama menggunakan BBM industri sesuai harga pasar dunia.
Selain itu, Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan mengatakan perseroan memiliki pabrik dalam lokasi yang berdekatan, sehingga biaya penggunaan BBM dari segi distribusi bisa ditekan. Alhasil bahan bakar cenderung kurang berpengaruh signifikan dalam proses produksi, membuat direksi yakin target perusahaan tahun ini tak perlu direvisi.
"Kami optimis juga tidak akan mengurangi produksi tekstil dan garmen walaupun BBM naik, karena kan pabriknya kita semuanya berada di Jawa Tengah jadi tidak memerlukan biaya tinggi," ujarnya saat konferensi pers SRIL di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (17/6).
Karena perseroan merasa optimis, tahun ini emiten penghasil tekstil dan garmen yang baru saja melantai di bursa itu akan terus mengembangkan divisi pemintalan dan divisi garmen. Iwan mengaku pihaknya bersiap menambah 287.000 mata pintal melalui pembangunan empat pabrik baru.
"Untuk pabrik spinning (pemintalan) akan mulai dibangun pertengahan tahun ini dan terealisasikan akhir tahun depan yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah yang akan dibangun di atas lahan 15 hektar," kata Iwan.
Sementara, untuk divisi garmen, perseroan akan menambah 5.000 mesin jahit yang memerlukan lahan sekitar 2-5 hektar. Sehingga dengan pembangunan pabrik baru akan menambah kapasitas mencapai 2-3 kali lipat dari 8,2 juta potong saat ini.
"Sehingga sekitar 16,4 juta potong pakaian target kapasitas divisi garmen ini. Sementara untuk pabrik garmen ini akan dibangun di luar Sukoharjo tapi tetap berada di Jawa Tengah," ungkapnya.
Adapun rencananya pembangunan proyek bangunan baru ini, perseroan menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,4 triliun.
"Sekitar Rp 2 triliun dikeluarkan untuk pengembangan divisi pemintal dan Rp 400 miliar untuk pengembangan divisi garmen," tandasnya.
Dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. Sekitar Rp 1,3 triliun didapatkan dari equtity dan sisanya pinjaman 3 bank lokal.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap negara memiliki tingkat kemahalan bahan bakarnya. Berikut adalah daftar 10 negara dengan harga bahan bakar termahal.
Baca SelengkapnyaJokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga berjanji pemerintah tidak akan menaikkan BBM dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaDaftar harga BBM di SPBU AKR terbaru usai naik per 1 Mei 2024.
Baca SelengkapnyaPerusahaan sempat mengalami kerusakan mesin yang mengakibatkan penurunan produksi klinker hampir 10 persen, sehingga menyebabkan kerugian.
Baca Selengkapnya