Industri perbankan syariah nasional mulai dilirik investor asing
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) melihat perbankan syariah Tanah Air semakin dilirik oleh investor asing. Direktur Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Ahmad Buchori mengatakan sejumlah investor asing sudah berminat untuk mengembangkan bank syariah di dalam negeri.
"Mereka lebih menyukai Indonesia karena potensi perbankan syariah masih besar. Sementara di Malaysia sudah jenuh," ujar Ahmad di kantornya, Jakarta, Jumat (14/6).
Ahmad menambahkan terdapat lima investor asing saat ini yang berminat untuk berinvestasi di perbankan syariah dalam negeri. Para investor tersebut sudah berkomunikasi dengan bank sentral, bahkan beberapa di antaranya sudah melakukan uji tuntas (due diligence).
Aset perbankan syariah yang masih kecil ditambah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, lanjutnya, menjadi nilai tambah bagi para investor untuk berinvestasi.
"Bahkan Dubes Kuwait sudah bertanya ke kami, ada tidak bank yang dijual. Kami jawab silahkan cari sendiri karena BI bukan makelar," ujar Ahmad,
Menurutnya, investor asing tersebut akan masuk ke perbankan syariah Indonesia melalui dua cara, yakni dengan akuisisi saham bank syariah atau mengakuisisi bank kecil kemudian dikonversi menjadi bank syariah.
Ahmad mengatakan, ada cara lain yang bisa dilakukan oleh para investor tersebut, yakni membuka bank syariah baru. Namun, cara ini membutuhkan biaya lebih tinggi dan kerja lebih keras dibandingkan dengan dua cara lain.
"Kami menyarankan jangan buka baru, karena biaya besar dan harus mencari pasar baru karena mulai dari nol. Buka baru kalau konvensional kan Rp 3 triliun, syariah Rp 1 triliun," ujarnya.
Diharapkan investor asing tersebut segera merealisasikan rencananya guna mengembangkan industri syariah yang saat ini masih memiliki pangsa pasar 5 persen dari perbankan nasional.
Hingga April 2013, industri perbankan syariah mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 163,4 triliun, meningkat 50,2 persen dari tahun lalu. Sementara itu, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) tumbuh 44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 207,799 triliun.
(mdk/bmo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaBanyak masyarakat Indonesia yang memilih berinvestasi pada emas di tengah gempuran beragam pilihan investasi lain.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sektor fintech syariah dapat terus tumbuh dan mampu menjawab kebutuhan keuangan konsumen Muslim di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWakil Presiden RI Ma'ruf Amin meminta Jawa Barat sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional bisa memaksimalkan potensi keuangan syariah.
Baca SelengkapnyaSelama ini ada sejumlah kesulitan yang dialami investor baru maupun investor lama, yang mana sebagian investor baru sukar membuat keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaJokowi menegaskan, pembukaan akses tersebut yang perlu didorong pada UMKM. Sehingga menciptakan peluang-peluang pasar baru bagi produknya.
Baca SelengkapnyaDiakui Jokowi, banyak investor yang memilih untuk menunggu untuk berinvestasi di Indonesia saat pemilu 2024 berlangsung.
Baca Selengkapnya