Indef: Banyak Pelaku Ekonomi Belum Siap Transformasi Digital
Merdeka.com - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani menyebut bahwa Indonesia terpaksa mengalami percepatan digitalisasi akibat pandemi Covid-19. Awalnya, transformasi digital diperkirakan akan berlangsung dalam kurun waktu 5-10 tahun lagi. Salah satu yang harus terus dipacu adalah napas dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan penyesuaiannya dengan keberadaan fintech.
"Pandemi ini bukan hanya persoalan, karena di sisi lain membawa berkah transformasi digital yang berangsur lebih cepat. Hal ini perlu diperhatikan karena era percepatan ini banyak pelaku ekonomi yang belum siap, sehingga dari sisi sektor riil mereka bisa tertinggal," ujarnya dalam sesi Webinar bersama Indef bertajuk "Dinamika Sistem Pembayaran di Era Pandemi, Rabu (21/10).
Salah satu yang memiliki potensi mengalami ketertinggalan adalah sektor UMKM. Menurut Aviliani, sektor UMKM memerlukan pendampingan untuk menyesuaikan diri terhadap percepatan. "Kalau tidak, seharusnya mereka ini bisa lebih cepat, nanti malah lambat. Karena, mereka tidak bisa memanfaatkan ini," tambahnya.
Demi menyongsong masa depan, hal penting bagi setiap perusahaan maupun UMKM adalah untuk mengerti perilaku pasar. Membaca pasar menjadi satu hal yang krusial agar perusahaan juga dapat bertahan. Hal ini menjadi mungkin karena adanya teknologi informasi bernama analisa big data.
"Saya melihat analisa big data ini dilakukan banyak oleh anak-anak muda, perusahaan e-commerce. Contoh penerapannya ada perusahaan e-commerce yang setiap 2 minggu barang di berandanya selalu berbeda. Karena, berdasarkan analisis big data mereka, mereka dapat melihat apa yang paling banyak digemari oleh penggunanya," jelasnya.
Penjualan Online
Melansir data survei UKM oleh BPS, sekarang ini penjualan secara online menjadi tumpuan. Namun demikian, dari 60 juta UMKM di Indonesia, hanya 15 persennya sudah melek digital. Beberapa kendala teknis sering menjadi masalah utama mengapa mereka masih belum paham memanfaatkan teknologi digital.
"Masih ada kendala teknis yang dihadapi oleh pegiat UMKM. Mulai dari mengunggah aplikasi, tidak masuknya standarisasi barang yang mereka jual dengan standardisasi di market place karena sebagian besar UMKM belum punya standardisasi produk, permasalahan dari jaringan internet, serta minimnya pemahaman tentang fintech dalam UKM, lalu yang terakhir adalah mahalnya biaya logistik," papar Aviliani.
Bagi Aviliani, UMKM merupakan pasar yang sangat besar. Sehingga, diharapkan UMKM dapat terus mendapat pendampingan dalam rangka memanfaatkan digitalisasi.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Atikoh menyampaikan, pelaku UMKM juga perlu melakukan digitalisasi untuk menjangkau lebih banyak konsumen
Baca SelengkapnyaDahnil menjelaskan bahwa hilirisasi digital adalah penggunaan device bahkan hingga ke jaringan yang akan dibuat oleh putra-putri Indonesia.
Baca SelengkapnyaGanjar yakin pertumbuhan ekonomi akan didominasi oleh sektor UMKM.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan pertumbuhan bisnis UMKM ini didorong oleh sejumlah faktor.
Baca SelengkapnyaRencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca SelengkapnyaPelaku UMKM diharapkan bukan saja maju di bidang bisnis, tapi dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi era digitalisasi, perbankan dituntut untuk adaptif dalam memanfaatkan saluran penyampaian informasi kepada khalayak.
Baca SelengkapnyaRatusan UKM fesyen yang tergabung dalam Mall UKM Cirebon memiliki toko digital dan berjualan di Lazada.
Baca Selengkapnya